Friday, December 26, 2008

Natal Vatikan 2008 (3)


SINTERKLAS, PRANZO di NATALE DAN SUPERMAN

Sinterklas datang di Kedutaan! Begitu judul sebuah media mengomentari kedatangan Paus Benediktus XVI ke kedutaan Italia untuk Vatikan (13/12/08). Yang pasti, kehadiran Paus yang berpakaian berwarna putih dan merah, mirip Sinterklas, membawa kegembiraan bagi semua yang hadir. Kunjungan Paus ini atas undangan Antonio Zanardi Landi, Dubes Italia untuk Tahta Suci. Kedatangan ini dianggap penting karena dikaitkan dengan peringatan 80 tahun Perjanjian Lateran yang ditanda-tangani awal tahun 1929.

Perjanjian Lateran yang ditanda-tangani hampir 80 tahun yang lalu memang penting artinya, terutama bagi sejarah gereja Katolik. Perjanjian tersebut antara lain berupa pengakuan politis atas kedaulatan penuh Tahta Suci di dalam Negara Vatikan yang pada saat yang sama  dikukuhkan. Selain itu, disepakati juga pengaturan posisi gereja serta agama Katolik di dalam Negara Italia.

Menyinggung tentang peristiwa bersejarah tersebut, Paus Benediktus XVI dalam sambutannya mengakui bahwa gereja amat sadar akan adanya perbedaan antara Negara dengan gereja. Perbedaan tersebut merupakan bagian dari struktur fundamental dari Kristianitas. “Gereja amat menghargai pemisahan serta otonomi ini sekaligus menilainya sebagai suatu kemajuan besar bagi kemanusiaan”, ujar Paus. Lebih lanjut Paus menyatakan bahwa pemisahan tersebut merupakan kondisi mendasar bagi kebebasan serta bagi pemenuhan misi universal penyelamatan bangsa-bangsa.

Kunjungan Paus yang dihadiri oleh beberapa pejabat tinggi Italia, seperti Franco Frattini, menteri Luar Negeri Italia, dimeriahkan oleh suguhan musik klasik serta acara pemberian cindera-mata kepada Paus.

Pranzo di Natale dan Superman

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini para gelandangan kota Roma boleh menikmati pesta Natal istimewa. Sebanyak 500 pengemis, tuna-wisma, kaum cacat dan lansia berpesta ria di dalam gereja Santa Maria in Trastevere, Roma. Gereja paroki yang besar ini oleh kelompok San Egidio disulap menjadi ruang perjamuan makan siang tepat pada hari Natal (25/12/08).

Para gelandangan diatur duduk per kelompok mengelilingi meja besar. Mereka menikmati sajian khas Italia, mulai dari lasagna (makanan pembuka), carne (daging), dolci (kue-kue) serta pelbagai jenis minuman. Anggota komunitas San Egidio serta sejumlah relawan melayani para gelandangan ini dengan wajah gembira.

Oktavianus Wibowo, salah satu anggota San Egidio asal Indonesia, menjelaskan bahwa tradisi Pranzo di Natale (Makan siang Natal) di gereja Santa Maria in Trastevere, sudah berlangsung sejak 26 tahun yang lalu. Kini, tradisi ini tersebar di pelbagai penjuru kota Roma bahkan di banyak tempat di dunia dimana kelompok San Egidio berada.

Perayaan Natal kerap juga diwarnai dengan acara tukar cendera-mata. Di Italia, acara pemberian hadiah, umumnya tidak dilakukan pada tanggal 25 Desember melainkan diundur sampai tanggal 7 Januari, bertepatan dengan pesta Penampakan Tuhan atau Epiphany. Namun demikian, tidak sedikit warga Italia yang melakukan pemberian hadiah pada tanggal 25 Desember atau bahkan sebelumnya. Salah satunya adalah Perdana Menteri Italia, Sylvio Berlusconi.

Perdana Menteri yang berusia 72 tahun ini diberitakan memberi hadiah para cucunya berupa boneka superman dengan wajah dirinya. “Biarlah cucu-cucuku mengetahui bahwa mereka berasal dari keturunan pahlawan super”, ujar Perdana Menteri yang akhir-akhir ini kerap didemo rakyatnya. (Foto: dokumen L'Osservatore Romano)

Heri Kartono, OSC (dimuat di Majalah HIDUP edisi 4/01/09).

Natal Vatikan 2008 (2)


Pohon Natal Tertinggi 

Sebagaimana Natal tahun-tahun sebelumnya, lapangan Vatikan dilengkapi dengan kandang Natal istimewa serta pohon Natal. Tradisi ini dimulai sejak masa Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1982 hingga kini. Pohon Natal yang dipasang biasanya merupakan sumbangan dari daerah atau negara yang berbeda-beda. Tahun ini pohon Natal berasal dari daerah Lower, Austria Selatan. Menurut catatan, pohon setinggi 33 m ini merupakan pohon Natal tertinggi yang pernah menghiasi lapangan Santo Petrus. Sebuah sumber menyatakan bahwa pohon ini berusia 120 tahun!

Pohon Natal raksasa ini dilengkapi 2000 hiasan berupa bola-bola berwarna kuning emas, perak, putih serta sebuah hiasan berbentuk bintang besar. Pada saat upacara pembukaan resmi untuk umum oleh Kardinal Giovanni Lajolo (13/12/08), ratusan peziarah dari Lower Austria, dipimpin Erwin Proll, gubernurnya, turut hadir serta menyanyikan lagu-lagu gembira. Sehari sebelumnya, rombongan dari Austria Selatan ini diterima oleh Paus Benediktus XVI. Dalam kesempatan tersebut, Paus mengucapkan terima kasih atas sumbangan pohon sambil mengatakan bahwa ia menikmati pemandangan pohon Natal tersebut dari jendela apartemennya.

Sebuah sumber di Vatikan menyatakan bahwa  sesudah masa Natal berakhir, pohon setinggi 33 m tersebut akan dimanfaatkan untuk membuat pelbagai mainan anak-anak.

Selain pohon raksasa tersebut, rakyat Austria juga menyumbang 40 pohon serupa dalam ukuran lebih pendek. Pohon-pohon tersebut dipasang di seputar istana Apostolik, Auditorium Paulus VI serta di sekeliling perkantoran Kuria Romana. Dengan demikian, lengkaplah kesemarakan suasana Natal di Vatikan tahun ini.

Heri Kartono, OSC. (Disatukan dgn artikel utama, dimuat di HIDUP, 04/01/09)

 

 

Natal Vatikan 2008


AKHIRI PENDERITAAN ANAK-ANAK!

Nasib anak-anak terlantar, krisis di timur tengah serta konflik di Afrika menjadi perhatian serta keprihatinan Paus dalam Natal tahun 2008 ini. Sebuah insiden kecil di akhir misa malam Natal sempat mengejutkan umat yang hadir.

 “Anak Betlehem itu mendorong kita sekali lagi untuk melakukan sesuatu dengan kekuatan kita untuk mengakhiri penderitaan anak-anak”, ujar Paus dalam kotbah misa malam Natal di Basilika Santo Petrus Vatikan. Dalam kesempatan itu Paus mengajak umat untuk memperhatikan nasib anak-anak teraniaya yang dipaksa hidup di jalanan atau sebagai tentara. Paus juga menyampaikan keprihatinan bagi anak-anak korban industri pornografi. “Ini akan menimbulkan trauma di dalam jiwa mereka”, ujar Paus.

Saat menyinggung tempat kelahiran Yesus, Paus antara lain berkata: “Mari kita juga memikirkan tempat yang dinamai Betlehem, bumi di mana Yesus hidup, dan yang dia begitu sayangi”, katanya. “Mari kita berdoa agar perdamaian terbentuk di sana”, ujarnya lagi. Bulan Mei 2009, Paus dijadwalkan mengunjungi Betlehem.

Dalam kesempatan lain, Paus menyatakan harapannya bahwa krisis ekonomi yang melanda dunia dapat mengarahkan orang lebih memusatkan pada arti rohani dari Natal. Menurut Paus, krisis dapat membantu orang menemukan kehangatan, kesederhanaan, persahabatan serta solidaritas yang merupakan nilai khas peristiwa Natal. Hal ini disampaikan Paus pada kesempatan audiensi umum di Aula Paulus VI, Vatikan (17/12/08).

Bahasa Latin: Isyarat Persatuan Gereja

Paus memimpin Misa malam Natal di Basilika Santo Petrus Vatikan didampingi 32 kardinal dan dihadiri puluhan ribu umat. Misa Natal yang disiarkan ke lebih 65 negara tersebut berlangsung lancar. Sebuah insiden kecil terjadi pada akhir misa. Saat Paus berjalan meninggalkan altar menuju sakristi, seorang berbaju merah tiba-tiba melompati pembatas dan hendak menghampirinya. Namun, dengan sigap beberapa petugas langsung membekuknya. Paus sempat memperlambat jalannya dan melihat sekilas peristiwa tersebut.

Juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, sesudahnya menyatakan bahwa insiden tersebut tidak menyebabkan masalah yang berarti. “Bapa Suci tetap berjalan dengan tenang. Saya rasa dia hanya ingin menyalami Sri Paus. Saya rasa juga dia tidak bersenjata”, jelas Lombardi.

Tentang liturginya sendiri, kali ini ada beberapa perubahan di sana-sini dibanding tahun-tahun sebelumnya. Menurut Mgr. Guido Marini, pimpinan liturgi kepausan, perayaan liturgi Natal sejatinya dapat menghantar umat beriman pada penghayatan misteri inkarnasi. “Segala sesuatu termasuk kata-kata, tanda, tindakan, simbol, musik dan lagu dalam rangkaian liturgi mengarah pada tujuan yang sama tersebut”, ujar Marini pada L’Osservatore Romano, media Vatikan (Zenit, 23/12/08).

Perubahan yang dimaksud, antara lain, saat menyanyikan Gloria yang diawali oleh Sri Paus, diikuti bunyi lonceng dan iringan musik organ. Gloria kali ini tidak disertai acara persembahan bunga oleh anak-anak dari pelbagai benua. Persembahan bunga ini dialihkan ke bagian lain, yaitu pada saat Sri Paus berjalan menuju kandang Natal untuk meletakkan patung bayi Yesus di sana.

Penggunaan pelbagai bahasa yang berbeda dalam liturgi tetap dipertahankan. Masih menurut Mgr. Marini, bahasa-bahasa yang dipilih, khususnya untuk bacaan, menunjukkan adanya partisipasi umat yang datang dari pelbagai penjuru dunia. Sementara penggunaan bahasa Latin dalam doa-doa mengisyaratkan adanya persatuan di dalam gereja Katolik kendati berbeda-beda.

Lepas dari liturgi yang berubah, misa malam Natal di Vatikan dari tahun ke tahun selalu banyak diminati. Tahun inipun pihak Vatikan kewalahan untuk menampung banyaknya umat yang ingin merayakan Natal bersama Paus. Pastor Andreas Madya Sriyanto SCJ mengabarkan bahwa tiket masuk untuk misa malam Natal di Vatikan, sudah habis dua bulan sebelum hari H. Hal ini diakui juga oleh Pastor Markus Solo SVD yang bekerja di Vatikan. Pastor Markus yang mendapat informasi langsung dari Mgr. James M. Harvey, penanggung-jawab urusan tiket, membenarkan bahwa peminat misa Natal di Vatikan tahun ini memang membludak. HIDUP juga semula kewalahan untuk mendapatkan tiket masuk. Untunglah, berkat bantuan bapak Suprapto Martosetomo, Dubes RI untuk Vatikan, akhirnya tiket berhasil didapat.

Orang yang tidak memiliki tiket, harus puas duduk di luar Basilika dalam cuaca dingin dan mengikuti misa lewat layar raksasa yang disediakan.

Seruan Perdamaian di Timur Tengah dan Afrika

Pesan Natal Paus yang disampaikan esok harinya dari atas balkon utama Basilika Santo Petrus, Vatikan (25/12/08) terutama terkait dengan konflik dan kekerasan yang terjadi di Timur Tengah serta kegoncangan yang terjadi di Afrika, khususnya di Kongo, Sudan, Somalia dan Zimbabwe. Paus mengulangi pesan yang disampaikannya pada kotbah tengah malam, agar kebencian serta kekerasan di Timur Tengah dapat segera diakhiri.

Pada kesempatan yang sama, Paus menyampaikan berkat Urbi et Orbi kepada puluhan ribu umat yang hadir memenuhi lapangan Santo Petrus. Urbi et Orbi (bagi Kota dan Dunia) adalah salah satu tradisi yang dimiliki gereja Katolik. Berkat urbi et orbi diucapkan Paus khususnya pada hari raya Natal dan Paskah dari atas balkon utama Basilika Santo Petrus, Vatikan. Umat memenuhi lapangan St. Petrus, sebagian bahkan sejak pagi hari. Mereka tidak hanya ingin mendengarkan pesan-pesan Paus namun juga ingin mendapat indulgensi (pengampunan dosa) yang diterima lewat berkat urbi et orbi.

Pada bagian akhir acara Urbi et Orbi, Paus mengucapkan selamat Natal dalam 64 bahasa, termasuk bahasa Indonesia. (Foto: suasana saat umat mendengarkan pesan Natal Paus di lapangan Santo Petrus, Vatikan, 25/12/08)

 Heri Kartono, OSC (Dimuat di majalah HIDUP, edisi 04/01/09).

Sunday, December 7, 2008

Basilika St. Yohannes Lateran.


BUNDA SEGALA GEREJA

Satu-satunya gereja yang diperingati resmi dalam kalender liturgi adalah Basilika Santo Yohanes Lateran. Pesta pemberkatannya dirayakan setiap tanggal 9 Nopember. Basilika ini kerap juga disebut sebagai Bunda Segala Gereja. Yang jelas, gereja ini merupakan katedral resmi uskup Roma yang adalah Paus sendiri. Kedudukannya lebih tinggi daripada basilika manapun, termasuk basilika Santo Petrus di Vatikan.

Di tempat Basilika berdiri sekarang, semula adalah istana keluarga Lateran. Istana ini diberikan oleh kaisar Konstantinus kepada uskup Roma pada tahun 313, pada masa pemerintahan Paus Miltiades. Istana tersebut kemudian diperbaharui serta diperluas menjadi katedral Roma. Pemberkatan resmi katedral Lateran dilakukan oleh Paus Sylvester I pada tahun 324. Sebagai katedral utama serta Bunda Segala Gereja, di pintu utama tertulis kata-kata dalam bahasa latin: Sacrosancta Lateranensis ecclesia omnium urbis et orbis ecclesiarum mater et caput (Gereja Lateran mahasuci, Bunda dan Kepala segala gereja di kota/Roma dan di dunia).

Di masa lalu, setiap Paus, mulai dari Paus Miltiades menempati basilika Lateran ini. Baru sejak Paus Clement V, Paus tidak menempati Lateran lagi. Waktu itu Paus Clement V (1309) berpindah ke Avignon, Perancis. Sejak saat itulah wibawa basilika Lateran mulai menurun. Lebih naas, istana dan basilika Lateran sempat dua kali dilahap si jago merah, yaitu pada tahun 1307 dan 1361. Basilika Lateran memang diperbaiki kembali namun kemegahan serta wibawanya sudah amat berkurang.

Ketika Paus kembali ke Roma, Paus tidak menempati Lateran sebagai tempat tinggalnya melainkan memilih Basilika Santa Maria in Trastevere. Dari sana Paus kemudian pindah lagi ke basilica Santa Maria Maggiore sebelum akhirnya pindah ke istana di Vatikan, hingga kini.

Paus Sixtus V (1521-1590) memerintahkan pembangunan ulang basilika Lateran. Pada pembangunan ulang ini, istana dan basilika Lateran dibangun secara terpisah. Dewasa ini istana Lateran menjadi Museum Kepausan serta barang-barang antik kristiani. (Dimuat di Berita Pandu, Bandung, edisi Januari 2009).

Catatan:

Di halaman Lateran ini terdapat obelisk (tugu) yang didirikan oleh Thutmose III di Karnak, Mesir. Obelisk ini konon merupakan yang terbesar di dunia. Obelisk tsb dipindahkan ke Roma oleh Kaisar Konstantinus II pada tahun 357 dan ditempatkan di Circus Maximus. Pada tahun 1587, Paus Sixtus V memindahkan ke tempatnya yang sekarang ini. (Heri Kartono,OSC).