Monday, April 16, 2012

Cathy Sharon, Perkawinan




PERKAWINAN CATHY DAN INFORMASI TUKANG PARKIR

Cathy Sharon dan Eka Kusumaputera resmi menjadi suami istri. Perkawinannya berlangsung di Gereja St.Fransiskus Xaverius, Kuta, Bali (Sabtu, 14 April 2012). Gereja, sejak dari bagian luar, sudah dihias amat bagus. Bagian dalam apalagi, penuh dengan bunga-bunga istimewa. Ada dua pohon imitasi berwarna putih dengan pernak-pernik meriah, menghias bagian kiri dan kanan tengah Gereja.

Misa belangsung hikmat dipimpin Uskup Denpasar didampingi beberapa Monsinyur dan Imam. Uskup dan Imam yang datang adalah sahabat-sahabat keluarga Ganda Kusuma, orang tua Eka. Yang menarik, perkawinan ini juga dihadiri anak-anak yatim piatu Panti Asuhan Palasari, Bali. Mereka datang sebagai ungkapan terima kasih karena selama ini mereka mendapat santunan dari keluarga Ganda.

Sebelum kotbah ada pengantar dari Romo Pitoyo SJ, kawan baik Eka sewaktu di Boston, USA. Rm.Pitoyo sempat mengutip wejangan ayah pak Ganda yang dikutip dari buku Memoirs Kersaning Allah. Pak Ganda terlihat meneteskan air mata, mungkin ingat sang ayah yg memberi petuah itu.

Selesai Misa, acara dilanjutkan dengan makan siang dan Tea Pai sesuai adat Tionghoa di Grand Hyatt Hotel. Resepsi resmi baru diadakan malam harinya di Khayangan Estate yang terletak di tepi pantai. Banyak juga selebriti yang hadir dalam resepsi seperti Ridho Rhoma, Aming, Sarah Sechan, Rianti Cartwright, VJ.Daniel, Christopher Abimanyu, Evan Sanders..

Satu hal yang mengesankan, semua acara dipersiapkan dengan sangat baik. Panitia berjumlah lebih dari 30 orang. Panitia mengeluarkan Buku Panduan setebal 60 halaman. Semua detail acara, dari penjemputan para tamu, penanggung jawab dll, lengkap tertulis. Terkesan kuat bahwa keluarga ini sungguh menyiapkan perkawinan dengan amat serius.

Sebagai orang Katolik yang baik, keluarga Ganda menginginkan agar upacara perkawinan berlangsung khidmat. Dan memang, upacara berjalan tertib dan khidmat. Dalam rangka menjaga ketertiban itu semua wartawan baik TV maupun koran dilarang masuk. Sebagai gantinya, panitia menyiapkan dokumentasi pilihan untuk mereka sesudah acara berlangsung. Sebagian wartawan yang tidak sabar menunggu berita resmi, mulai mencari-cari informasi. Tukang parkir dan Satpampun mereka wawancarai. Alhasil, tersiarlah berita bahwa upacara perkawinan ini dipimpin oleh 17 Uskup. Sayangnya, tanpa konfirmasi, berita ini dikutip begitu saja oleh media lain, termasuk Televisi Nasional dan Kompas.com yang mustinya terpercaya itu.

Lepas dari beberapa berita yang tidak akurat, rangkaian upacara dan resepsi perkawinan Eka dan Cathy telah berjalan baik sesuai dengan rencana panitia. Pengantin baru juga terlihat bahagia.

(Foto-foto hasil jepretan Pak Andi)

Heri Kartono

Tuesday, April 3, 2012

Alex Gosyanto


DIBAKAR SEMANGAT PELAYANAN
Kariernya terus menanjak, kesibukanpun makin padat. Namun itu semua ia tinggalkan agar memiliki lebih banyak waktu bekerja untuk pelayanan.
Lewat konsorsium minyak Pertamina, Alex Gosyanto mendapat beasiswa studi di Amerika Serikat (1985-1988). Ia beruntung diterima di Colorado School of Mines, salah satu Universitas terbaik di bidang tambang dan perminyakan. Di tempat yang sama ini ia berkenalan dengan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertahanan, yang kala itu sedang mengambil jenjang S2 dan S3.
Selesai studi, ia kembali ke Indonesia dan mendapat pekerjaan yang baik. Dengan penghasilannya yang lumayan, ia bisa membantu adiknya kuliah dan memberi hadiah-hadiah pada orang tuanya. Dengan tekun Alex terus meniti kariernya dan menikmati jerih payahnya.
Alexander Eddy Gosyanto, lahir di Makasar 4 September 1964. Sejak kecil Alex sudah menunjukkan prestasi yang mengesankan. Saat ia di SMP, ia menjadi juara umum dan Ketua Osis. Padahal, di SMP Negeri III Makasar itu, Alex adalah minoritas baik dalam agama maupun suku. Prestasinya yang menonjol membuat teman-teman dan pihak sekolah menghargainya. Alex yang berasal dari keluarga Konghocu tertarik dan dibaptis menjadi Katolik saat ia sekolah di SD St.Yacobus, Makasar. “Saya sudah tidak ingat katekese masa kecil itu, namun suasana kebersamaan dalam kegiatan-kegiatan di Gereja serta lagu-lagu yang gembira, masih membekas dalam ingatan”, ujar pria 10 bersaudara ini.
Tertarik Karya Pelayanan
Kebahagiaan Alex menjadi lengkap saat dipertemukan dengan Margaretha Suanning Tanardi yang kemudian dinikahinya (9 September 1992). Alex selalu merasa bersyukur memiliki Suanning sebagai istrinya. Baginya, kehadiran Suanning dalam hidupnya merupakan berkat yang tak terhingga. “Banyak hal dan sifat-sifat dalam diri saya yang sudah berubah berkat kehadiran Suanning, sebaliknya juga demikian”, aku pria berwajah teduh ini. Dari perkawinannya ini mereka dikaruniai tiga anak laki-laki: Vincentius Ivan Gosyanto, Laurensius William Gosyanto dan Benediktus Albert Gosyanto.
Sebagai pasangan suami-istri, suatu saat Alex dan Suanning berkenalan dengan kelompok Couples for Christ (CFC), suatu komunitas suami-istri Kristiani. Dalam Komunitas ini Alex juga istrinya, disadarkan betapa banyak hal dapat dilakukan untuk membangun sebuah keluarga Kristiani. “Dalam gerak komunitas kami bisa melihat tiga poros yang menjadi arah dasar KAJ: Iman dalam Yesus Kristus, Persaudaraan sejati, dan Pelayanan yang murah hati, bertumbuh secara selaras”, papar Alex serius.
Ketertarikan serta keterlibatan Alex dalam pelayanan, khususnya lewat CFC semakin lama semakin mendalam. Ia juga bertekad untuk memajukan CFC, khususnya di Dekenat Tangerang. Selain di CFC, Alex juga aktif di parokinya, St.Helena Curug sebagai pengurus SKK (Seksi Kerasulan Keluarga) dan di Komisi Keluarga KWI. Aktivitasnya dalam pelayanan semakin menyita waktunya.
Keputusan Nekad
Semangat untuk bekerja di ladang Tuhan telah membakar jiwa Alex. Semakin hari ia merasa kesulitan membagi waktu antara kerja dan pelayanan. Saat itu ia bekerja di grup Media Indonesia/Metro TV sebagai GM IT. Alex mulai berfikir, seandainya ia berhenti bekerja dan berganti dengan usaha bisnis sendiri, tentu ia akan lebih leluasa membagi waktunya. Sebenarnya Alex belum sepenuhnya yakin bisnis apa yang akan digelutinya secara mandiri namun semangat pelayanan tak bisa dibendungnya lagi. Sesudah bulat tekadnya, disampaikannya niatnya itu pada Suanning, istrinya. Suanning sempat tertegun namun sejurus kemudian ia berkata: "Jika engkau merasa bahwa Tuhan memanggilmu, lakukanlah, saya mendukung niatmu!". Alex merasa terharu atas tanggapan istrinya yang begitu tulus. Sejak itu Alexpun berhenti dari kerjanya (2003). Sejak itu pula waktunya untuk pelayanan menjadi lebih gencar.
Alex sadar, untuk bekerja di ladang Tuhan, butuh bekal ilmu yang memadai. Padahal, pengetahuan serta kepandaian yang ia geluti selama ini adalah bidang perminyakan. Karena itu, sambil melanjutkan pelayanan, Alex giat memperdalam ilmunya, khususnya berkaitan dengan Kitab Suci. Ia mengikuti Kursus Pendidikan Kitab Suci (KPKS) program 3 tahun di LBI Tebet. Ia juga kuliah Filsafat di STF Driyarkara (sejak 2009). Atas jasa Rm.Robby Wowor OFM, Alex mendapat kesempatan mengikuti Biblical Pastoral Training (2010) di Ateneo, Manila. "Suatu pengalaman yang mengesankan bahwa saya belajar di antara 40 romo, 40 suster dan 8 awam secara cukup intensif", ujar Alex dengan nada bangga. Masih dalam rangka menimba bekal, Alex sempat belajar kepemimpinan di Haggai Institute, Hawaii selama sebulan penuh (2011).
Sambil mengikuti kursus dan pelbagai pembekalan, Alex bekerja sama dengan Rm.Robby Wowor membuka kursus Kitab Suci di Biblika, Lippo Karawaci. Di tempat yang sama, Alex juga membuka toko rohani yang menyediakan macam-macam kebutuhan umat. Alex masih sempat membantu Stefan Leks melanjutkan Media Kerahiman Illahi. Sementara itu aktivitasnya di CFC dan di paroki tetap berjalan seperti semula bahkan semakin intensif. “Kalau dipikir-pikir, saya sendiri heran kok begitu nekat meninggalkan karir saya!”, tutur Alex seperti kepada dirinya sendiri.
Tuhan Memberikan Berlebih
Barangkali kita bertanya, dari mana uang diperoleh bila sebagian besar waktu digunakan untuk pelayanan? Sebenarnya itu juga keheranan Alex. Ia tidak mengerti, sejak memutuskan berhenti bekerja, rejeki justru mengalir makin lancar. “Tuhan telah memberikan berlebih. Kami tak pernah mengharapkan imbalan dalam pelayanan, sebaliknya, tidak jarang kami berbagi dengan rela hati!”, tegas Alex.
Bright Consulting, perusahaan yang dirintis istrinya dengan modal sangat minim berkembang amat baik. Beberapa usaha kecil yang dirintis Alex di bidang bimbingan belajar, toko sekolah dan tempat kost berjalan dengan baik pula. Alex, juga istrinya merasa yakin bahwa Tuhan telah membantu dan melindungi mereka lewat pelbagai cara dan lewat tangan-tangan orang lain.
Alexander Eddy Gosyanto tahu bahwa Allah begitu baik. Ia telah menerima berkat secara berlimpah dariNya. Ia mendapat istri yang begitu baik dan setia, dikaruniai tiga anak yang sehat dan cerdas. Anaknya yang pertama, Vincentius Ivan Gosyanto diterima di University of Colorado, Boulder. Alex menyadari, pelayanan yang ia lakukan selama ini tak lebih merupakan ungkapan iman dan syukurnya kepada Tuhan yang Maha Baik. (Dimuat di Majalah HIDUP edisi 29 April 2012)
Heri Kartono, OSC