GENDING JAWA YANG MEMBUAT KALAP
Sejak remaja ia sangat gemar kesenian Jawa, khususnya tarian. Namun, kekuatan jahat telah merenggutnya dari dunia seni yang digelutinya. Bahkan, mendengar gending Jawa sekalipun dapat membuatnya kalap. Apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana pula ia terbebas dari kuasa jahat itu?
Prisca Hardian Nila Sari sangat bangga ketika para guru memilihnya untuk menari di hadapan Bapak Menteri. Saat itu (1996) Menteri Pendidikan sedang mengadakan kunjungan kerja. Priscapun tampil dengan penuh percaya diri. Ia antara lain membawakan Tarian Yeg Oyeg. Penampilan Prisca mendapat sambutan meriah dari semua yang hadir.
Gadis cantik kelahiran Malang ini sudah menyukai kesenian, khususnya kesenian Jawa, sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Untuk mengembangkan bakatnya lebih terarah, ia sempat ikut Sanggar Wilies dan kemudian bergabung dengan Padepokan Seni Mangun Darmo. Setamat SMP, Prisca meneruskan ke Sekolah Karawitan Indonesia di Surabaya. Bakatnya yang menonjol dilihat dan dihargai oleh para gurunya. Tidak heran bahwa Prisca kerap diminta untuk tampil dalam pelbagai kesempatan seperti Peresmian sebuah Gedung atau bahkan dalam acara-acara perkawinan sebagai hiburan. Prisca sendiri merasa senang bisa tampil. Dengan itu ia dapat menyalurkan bakat tarinya sekaligus mendapat tambahan uang saku.
Gangguan itu Datang Bertahap
Saat Prisca duduk di kelas 2 SMU beberapa teman mengamati ada yang berubah pada dirinya. Bahkan, salah satu kawan baiknya mengingatkannya untuk berhati-hati. Kawan ini mengatakan, kemungkinan ada yang iri hati dan bermaksud jahat terhadap dirinya. Yang jelas, gerakan Prisca dalam tarian menjadi makin lamban. Tidak hanya itu, ingatannya pada gerak tari-pun terganggu. Tarian yang sudah ia kenal dengan baik, tiba-tiba saja sulit ia bawakan. Semula Prisca cuek saja, mengira bahwa gejala itu merupakan kelemahan alami semata. Prestasi Prisca semakin lama semakin merosot. Sementara itu, entah mengapa, guru-guru juga tidak lagi meminta Prisca untuk tampil.
Yang mengejutkan sekaligus menyedihkan, pada saat 17 Agustusan, tak ada satu kelompokpun yang meminta Prisca untuk tampil. “Biasanya setiap 17 Agustusan, saya kewalahan menerima tawaran tampil!”, kenang puteri bungsu pasangan Dra. MM.Siti Bunayah dan RI.Harsono SPd ini dengan nada sedih. Prisca mulai was-was bahwa memang ada sesuatu yang tidak beres dalam dirinya. Namun ia tidak tahu apa itu.
Masih di bulan Agustus (1997) terjadi suatu peristiwa yang tak terlupakan. Suatu saat Prisca mendengar alunan musik karawitan. Musik yang biasanya membuat pikiran dan hati tenang, saat itu justru membuatnya panik dan kalut. Sejurus kemudian ia tak sadarkan diri. Beberapa orang mencoba membopongnya. Prisca yang tergolong kurus dan kecil tiba-tiba menjadi amat berat. Dibutuhkan beberapa orang untuk dapat mengangkatnya. Dalam keadaan tidak sadar, Prisca mengamuk, berontak, menendang dan memukul siapa saja. Lamat-lamat ia mendengar seseorang berkata: “Ia kemasukan!”.
Saat Prisca sedang kemasukan itu, dipanggilah seorang guru Jaran Kepang yang dianggap memiliki kelebihan. “Wah, banyak sekali kemasukannya!”, ujar guru kebatinan itu. Guru tersebut mengaku tidak sanggup menyembuhkan Prisca. Seorang lain memberi Prisca rosario. Saat rosario itu digenggamnya, rosario itu putus berantakan, menyisakan bekas hitam di telapak tangan Prisca.
Sejak peristiwa itu Prisca seolah-olah menjadi seperti orang lain. Ia bukan lagi gadis yang lincah dan periang melainkan menjadi pemurung, linglung dan lebih suka mengurung diri. Sejak saat itu pula setiap kali ia mendengar gending Jawa, ia amat terganggu, menjadi kalap bahkan mengamuk.
Pelbagai Upaya Penyembuhan
Orang tua Prisca sedih dan bingung melihat nasib putri bungsunya itu. Dalam keadaan panik, mereka membawa Prisca ke pelbagai tempat, mengupayakan kesembuhan. Mereka juga sempat membawa Prisca ke beberapa paranormal. Seorang paranormal mengatakan bahwa Prisca sudah bertahun-tahun dikirimi kuasa jahat secara bertahap.
Atas saran seorang romo, Prisca dibawa dan tinggal selama 2 minggu di pertapaan Karmel di Tumpang, Jawa-Timur. Para suster Karmel mendoakan Prisca dan mencoba menghiburnya. Prisca memang merasa lebih tenang namun belum sembuh sepenuhnya. Bunyi gending Jawa tetap menghantuinya.
Akhirnya, lewat seorang teman bernama Sri Wulandari, Prisca dipertemukan dengan Pramono, seorang tokoh GKJW (Gereja Kristen Jawa Wetan). Pak Pramono ini diakui sebagai tokoh agama yang memiliki kelebihan. Prisca didoakan secara khusus oleh bapak ini. Prisca juga dianjurkan untuk melakukan Doa Syafaat selama 40 hari penuh. Doa tersebut harus diucapkan persis pada tengah malam alias jam 00.00. Selain Doa Syafaat yang diwajibkan, Prisca menambahkan sendiri Doa Rosario. Selama 40 hari itu Prisca mengaku mengalami pelbagai gangguan. “Sulit melukiskan gangguan yang saya alami. Namun saya bertekad untuk menuntaskan doa seperti yang disarankan, 40 hari tanpa putus!”, kenang Prisca.
Seperti Terlahir Kembali
Sesudah 40 hari penuh berdoa, ada ritual lain yang harus dijalaninya, yaitu dimandikan. Yang memandikan Prisca adalah istri Pramono. Saat dimandikan itu, konon keluar dari dalam tubuhnya seekor binatang yang buruk rupa. Apapun yang terjadi, Prisca merasa lain sekali sesudah ia selesai dimandikan. Ada perasaan lega yang luar biasa. “Saya merasa amat segar dan lega . Saya seperti terlahir kembali!”, ujarnya dengan nada haru. Pada saat itu Pramono memutar musik Jawa perlahan-lahan. Mendengar musik yang sempat membuatnya takut dan kalap itu, Prisca merasakan kedamaian dan kerinduan di dalam kalbunya. Sejak saat itu berangsur-angsur keceriaan Prisca muncul kembali. “Saya merasakan aura yang berbeda dalam hidup saya. Aura yang sempat hilang….”, kenang pemain pelbagai sinetron ini.
Prisca merasa sembuh total pada Desember 1999. Beberapa bulan kemudian ada tawaran dari Solo untuk menari di Jepang. Setelah berlatih khusus selama 3 hari, Prisca mengikuti audisi dan dinyatakan lulus bersama 5 orang lainnya untuk pergi ke Jepang. Prisca tinggal selama 6 bulan di Jepang dan terus menari dari waktu ke waktu hingga kini.
Heri Kartono OSC (Dimuat di majalah HIDUP edisi 20 Juni 2010).
Catatan:
Saat ini Prisca tinggal di Jakarta, sering menjadi figuran di beberapa Sinetron seperti: Cucu Menantu; Cinta Fitri; Si Mamat; Kepompong; Mariam Mikrolet; Safa Marwah dan aktif di acara Reality Show.
Saat Prisca duduk di kelas 2 SMU beberapa teman mengamati ada yang berubah pada dirinya. Bahkan, salah satu kawan baiknya mengingatkannya untuk berhati-hati. Kawan ini mengatakan, kemungkinan ada yang iri hati dan bermaksud jahat terhadap dirinya. Yang jelas, gerakan Prisca dalam tarian menjadi makin lamban. Tidak hanya itu, ingatannya pada gerak tari-pun terganggu. Tarian yang sudah ia kenal dengan baik, tiba-tiba saja sulit ia bawakan. Semula Prisca cuek saja, mengira bahwa gejala itu merupakan kelemahan alami semata. Prestasi Prisca semakin lama semakin merosot. Sementara itu, entah mengapa, guru-guru juga tidak lagi meminta Prisca untuk tampil.
Yang mengejutkan sekaligus menyedihkan, pada saat 17 Agustusan, tak ada satu kelompokpun yang meminta Prisca untuk tampil. “Biasanya setiap 17 Agustusan, saya kewalahan menerima tawaran tampil!”, kenang puteri bungsu pasangan Dra. MM.Siti Bunayah dan RI.Harsono SPd ini dengan nada sedih. Prisca mulai was-was bahwa memang ada sesuatu yang tidak beres dalam dirinya. Namun ia tidak tahu apa itu.
Masih di bulan Agustus (1997) terjadi suatu peristiwa yang tak terlupakan. Suatu saat Prisca mendengar alunan musik karawitan. Musik yang biasanya membuat pikiran dan hati tenang, saat itu justru membuatnya panik dan kalut. Sejurus kemudian ia tak sadarkan diri. Beberapa orang mencoba membopongnya. Prisca yang tergolong kurus dan kecil tiba-tiba menjadi amat berat. Dibutuhkan beberapa orang untuk dapat mengangkatnya. Dalam keadaan tidak sadar, Prisca mengamuk, berontak, menendang dan memukul siapa saja. Lamat-lamat ia mendengar seseorang berkata: “Ia kemasukan!”.
Saat Prisca sedang kemasukan itu, dipanggilah seorang guru Jaran Kepang yang dianggap memiliki kelebihan. “Wah, banyak sekali kemasukannya!”, ujar guru kebatinan itu. Guru tersebut mengaku tidak sanggup menyembuhkan Prisca. Seorang lain memberi Prisca rosario. Saat rosario itu digenggamnya, rosario itu putus berantakan, menyisakan bekas hitam di telapak tangan Prisca.
Sejak peristiwa itu Prisca seolah-olah menjadi seperti orang lain. Ia bukan lagi gadis yang lincah dan periang melainkan menjadi pemurung, linglung dan lebih suka mengurung diri. Sejak saat itu pula setiap kali ia mendengar gending Jawa, ia amat terganggu, menjadi kalap bahkan mengamuk.
Pelbagai Upaya Penyembuhan
Orang tua Prisca sedih dan bingung melihat nasib putri bungsunya itu. Dalam keadaan panik, mereka membawa Prisca ke pelbagai tempat, mengupayakan kesembuhan. Mereka juga sempat membawa Prisca ke beberapa paranormal. Seorang paranormal mengatakan bahwa Prisca sudah bertahun-tahun dikirimi kuasa jahat secara bertahap.
Atas saran seorang romo, Prisca dibawa dan tinggal selama 2 minggu di pertapaan Karmel di Tumpang, Jawa-Timur. Para suster Karmel mendoakan Prisca dan mencoba menghiburnya. Prisca memang merasa lebih tenang namun belum sembuh sepenuhnya. Bunyi gending Jawa tetap menghantuinya.
Akhirnya, lewat seorang teman bernama Sri Wulandari, Prisca dipertemukan dengan Pramono, seorang tokoh GKJW (Gereja Kristen Jawa Wetan). Pak Pramono ini diakui sebagai tokoh agama yang memiliki kelebihan. Prisca didoakan secara khusus oleh bapak ini. Prisca juga dianjurkan untuk melakukan Doa Syafaat selama 40 hari penuh. Doa tersebut harus diucapkan persis pada tengah malam alias jam 00.00. Selain Doa Syafaat yang diwajibkan, Prisca menambahkan sendiri Doa Rosario. Selama 40 hari itu Prisca mengaku mengalami pelbagai gangguan. “Sulit melukiskan gangguan yang saya alami. Namun saya bertekad untuk menuntaskan doa seperti yang disarankan, 40 hari tanpa putus!”, kenang Prisca.
Seperti Terlahir Kembali
Sesudah 40 hari penuh berdoa, ada ritual lain yang harus dijalaninya, yaitu dimandikan. Yang memandikan Prisca adalah istri Pramono. Saat dimandikan itu, konon keluar dari dalam tubuhnya seekor binatang yang buruk rupa. Apapun yang terjadi, Prisca merasa lain sekali sesudah ia selesai dimandikan. Ada perasaan lega yang luar biasa. “Saya merasa amat segar dan lega . Saya seperti terlahir kembali!”, ujarnya dengan nada haru. Pada saat itu Pramono memutar musik Jawa perlahan-lahan. Mendengar musik yang sempat membuatnya takut dan kalap itu, Prisca merasakan kedamaian dan kerinduan di dalam kalbunya. Sejak saat itu berangsur-angsur keceriaan Prisca muncul kembali. “Saya merasakan aura yang berbeda dalam hidup saya. Aura yang sempat hilang….”, kenang pemain pelbagai sinetron ini.
Prisca merasa sembuh total pada Desember 1999. Beberapa bulan kemudian ada tawaran dari Solo untuk menari di Jepang. Setelah berlatih khusus selama 3 hari, Prisca mengikuti audisi dan dinyatakan lulus bersama 5 orang lainnya untuk pergi ke Jepang. Prisca tinggal selama 6 bulan di Jepang dan terus menari dari waktu ke waktu hingga kini.
Heri Kartono OSC (Dimuat di majalah HIDUP edisi 20 Juni 2010).
Catatan:
Saat ini Prisca tinggal di Jakarta, sering menjadi figuran di beberapa Sinetron seperti: Cucu Menantu; Cinta Fitri; Si Mamat; Kepompong; Mariam Mikrolet; Safa Marwah dan aktif di acara Reality Show.