Wednesday, November 12, 2008

Lingkaran Adven


TRADISI LINGKARAN ADVEN

Dalam lingkungan gereja, ada begitu banyak tradisi serta simbol yang menyiratkan arti rohani di baliknya. Salah satu tradisi yang biasa kita lihat pada masa Adven adalah Lingkaran Adven. Lingkaran Adven biasa dipasang di dalam gereja, tapi banyak juga dalam rumah keluarga-keluarga kristiani.

Tradisi ini konon sudah ada sejak abad pertengahan. Yang pasti, di Jerman Timur kebiasaan ini dimulai oleh Johann Hinrich Wichern, seorang teolog Protestan pada tahun 1839.  Dari dialah tradisi ini diadopsi gereja-gereja lain, termasuk Katolik. Lingkaran Adven adalah sebuah lingkaran yang dirangkai atas daun-daun hijau dengan 4 lilin yang menandai 4 hari Minggu sebelum Natal. Biasanya digunakan daun cemara atau jenis daun evergreen lainnya. Daun evergreen (selalu hijau) adalah daun yang tidak rontok dan tetap hijau di musim gugur sekalipun. Masa Adven selalu jatuh pada musim gugur. Pada musim tersebut nyaris semua daun layu dan berguguran. Daun evergreen yang tetap hijau melambangkan suatu kehidupan yang terus berlangsung.

Sebenarnya tidak ada aturan baku tentang warna lilin yang kita pasang. Kita di Indonesia biasa menggunakan lilin berwarna putih, lebih praktis dan mudah didapat. Namun di beberapa tempat, seperti di Eropa atau di AS, digunakan tiga lilin berwarna ungu (warna liturgis masa Adven, lambang pertobatan) dan satu lilin warna merah muda atau pink. Lilin warna merah muda dinyalakan pada Minggu ketiga atau Minggu sukacita (Gaudate), karena Natal sudah makin dekat.

Tentang penyalaan lilin juga tidak ada aturan atau doa khusus/resmi. Yang penting dinyalakan secara pantas. Pada minggu pertama dinyalakan satu lilin. Demikian seterusnya hingga pada hari Minggu ke-empat semua lilin dinyalakan. Masa Adven terdiri atas empat minggu. Bacaan pada tiap minggu, memberi penekanan arti Adven pada hari minggu terkait.

Secara umum, Yesus Kristus sering diibaratkan sebagai terang dunia. Menyalakan lilin Adven berarti suatu harapan agar terang itu juga terbit di hati kita masing-masing. Dengan demikian, saat Kristus datang, kita semua sungguh telah siap untuk menyongsongnya.

Heri Kartono, OSC (Untuk Buletin Paroki Pandu, Bandung, Edisi Desember 2008).

4 comments:

Rosiany T.Chandra said...

Tim Komsos Paroki Pandu mengucapkan terima kasih atas kontribusi tulisan ini untuk
Berita Kita edisi Des 2008.

Heri Kartono said...

Sama-sama. Permintaan ini juga membuat aku jadi tahu riwayat lingkaran lilin ini. Sukses untuk Tim Komsos Pandu.
HK.

kicauanburung said...

'mo, saya koq ngga inget ya waktu di Indo kalo pd masa adven romonya pake warna pink untuk misa. waktu itu saya dapet tugas jd misdinar trus disuruh pake tali warna pink. Kalo di Indo emang bajunya romo pink juga ya? koq saya lupa ya...:D

Juswantoro said...

Mhn ijin copas ya..

Trims,
JUS