MUSIBAH GEMPA WARNAI PASKAH VATIKAN
“Selamat Paskah, juga kepada mereka yang tertimpa musibah gempa”, ujar Paus dihadapan dua ratus ribu orang di lapangan St.Petrus, Vatikan (12/4). Paskah tahun ini memang diwarnai musibah gempa di kota Aquila yang menelan 300 korban jiwa.
Dua ratus ribu orang berkumpul di lapangan Santo Petrus Vatikan dan di sepanjang jalan Via della Conciliazione untuk mendengarkan pesan Paskah Paus Benediktus XVI. Para peziarah ini juga datang untuk mendapatkan berkat Urbi et Orbi (bagi Kota dan Dunia) yang disampaikan Paus setiap hari raya Paskah dan Natal.
Dalam pesannya, Paus mengingatkan umat beriman bahwa kematian serta kebangkitan Kristus memberikan harapan bagi dunia. Paus memulai pesan singkatnya dengan mengutip ucapan Santo Agustinus: “Resurrectio Domini spes nostra” (Kebangkitan Tuhan adalah harapan kita). Menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi sesudah kematian, Paus meyakinkan: “Kematian bukanlah kata akhir. Sebab, pada akhirnya kehidupan akan memperoleh kemenangan. Keyakinan ini bukan berdasarkan pikiran manusiawi kita belaka, melainkan berdasar fakta sejarah dari iman. Yesus Kristus, yang disalibkan dan dikuburkan, bangkit lagi dengan tubuh yang dimulyakan. Yesus bangkit sehingga kita juga yang percaya kepadanya boleh memperoleh kehidupan kekal. Pewartaan ini merupakan inti sari pesan Injil”, ujar Paus.
Berkat Urbi et Orbi yang disampaikan Paus, mengakhiri rangkaian acara Pekan Suci. Paus Benediktus yang pekan ini (16/04) tepat berusia 82 tahun dipuji memiliki stamina yang bagus. Meski demikian, saat memimpin Misa Malam Paskah yang berlangsung lebih dari 3 jam, Paus sempat terbatuk-batuk dan nyaris kehilangan suaranya.
Jalan Salib di Coloseum
Salah satu acara yang selalu menarik perhatian adalah Jalan Salib di Coloseum yang dipimpin oleh Paus. Demikian juga tahun ini. Dalam cuaca awal musim semi yang cerah, puluhan ribu orang datang memadati Coloseum (10/04). Jalan utama yang menuju Coloseum telah ditutup sejak sore hari. Upacara sendiri baru mulai jam 9 malam.
Doa dan renungan Jalan Salib tahun ini ditulis oleh Mgr. Thomas Menamparampil, SDB, uskup agung Guwahati, India. Buku Jalan Salib yang dibagikan secara gratis, Cover maupun illustrasi bagian dalamnya bercorak India. Permenungan Mgr. Menamparampil terfokus pada pertanyaan tentang kejahatan di dunia, penderitaan serta berbagai bentuk kesengsaraan. Itu semua, menurutnya, merupakan simbol kehadiran salib Kristus dalam hidup kita.
Dalam konteks tersebut Mgr. Menamparampil menghubungkan penderitaan umat Kristiani di India serta di negara-negara lain. Dalam beberapa tahun terakhir penganiayaan terhadap umat kristiani di India memang meningkat, termasuk di Orissa, negara bagian timur. Dalam kerusuhan pada 23 Agustus 2008, sekitar 40 umat kristiani tewas akibat penyerangan umat Hindu yang fanatik.
Jalan Salib, menurut Mgr. Menamparampil membawa juga pesan harapan. Tentang hal ini ia menulis: “Semoga pesan pengharapan bergema dari Hoang Ho sampai ke Colorado, dari Himalaya ke Alpen dan Andes, dari Missisipi hingga Brahmaputra. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah kutipan, Jadilah kuat dan teguhkan hatimu, semua kalian yang berharap pada Allah”.
Selama Jalan Salib, Paus berlutut di bawah tenda menghadap Coloseum. Salib di bawa secara bergantian oleh petugas yang telah ditetapkan. Salah satu pembawa salib adalah seorang pemuda yang menggunakan kursi roda, didampingi keluarganya. Pada bagian akhir Ibadat, Paus mengajak hadirin untuk turut mendoakan korban gempa yang terjadi di Aquila dan sekitarnya.
Musibah Gempa Warnai Pekan Suci
Gempa yang menimpa kota Aquila dan sekitarnya (Italia Tengah) terasa amat mewarnai Pekan Suci tahun ini. Saat berita ini ditulis, korban jiwa telah mencapai 300 orang. Sebanyak 205 jenasah dimakamkan secara serentak pada hari Jumat Suci (10/04/09). Vatikan telah memberikan dispensasi untuk mengadakan Misa Requiem. Sebab Jumat Suci, wafatnya Tuhan Yesus, adalah satu-satunya hari di mana Misa Kudus dilarang dirayakan.
Misa Requiem yang dipimpin oleh kardinal Bertone, dihadiri ribuan orang, termasuk Presiden Italia Napolitano serta Perdana Menteri, Silvio Berlusconi. Seluruh jalannya upacara, disiarkan secara langsung oleh TV nasional Italia. Pada kesempatan tersebut, dibacakan juga pesan Paus Benediktus XVI.
Dalam pesan yang dibacakan oleh Mgr. Georg Gaenswein, Paus menulis: “Pada saat-saat seperti ini, iman menjadi sumber terang dan harapan. Hal ini telah menjadi nyata dalam peristiwa Jumat Agung, ketika kita berbicara tentang kesengsaraan Putera Allah yang menjadi manusia di antara kita dan kebangkitannya telah menawarkan penghiburan”, tulis Paus. Lebih lanjut, Paus berpesan: “Pada saat dramatis ini, saya merasa secara spiritual ada bersama kalian, berbagi kedukaan”.
Di antara korban gempa, terdapat 6 orang beragama Islam. Dua di antaranya berasal dari Palestina. Upacara pemakaman dipimpin oleh seorang imam (muslim) lokal yang berbahasa Italia.
12 Suster Indonesia.
Di antara korban gempa yang selamat, terdapat 12 suster asal Indonesia. Kendati biara mereka, Biara Zelatrici del Sacro Cuore di Gesù Aquila, hancur berantakan. Salah satu anggota biara, Sr.Anna, asal Italia, tewas tertimbun bangunan sesudah ia berhasil menyelamatkan 6 orang anak. Biara ini memang merawat anak-anak terlantar, yatim piatu serta lansia. Selain Sr.Anna, ada dua suster lain (semuanya orang Italia) juga tewas.
Para suster yang selamat, termasuk 12 suster Indonesia, mengungsi ke kota Giuliananova, tak jauh dari Aquila. Sebelumnya, menurut Sr. Yasinta, mereka sempat terpencar-pencar dan ditampung di tenda-tenda darurat. Perhatian warga Indonesia lain yang tinggal di Italia amat besar dan cepat, termasuk pihak Kedutaan. Dubes RI untuk Vatikan, bapak Suprapto Martosetomo serta Dubes RI untuk Italia bapak Moh. Oemar bersama rombongan, mengunjungi para suster sambil membawa sejumlah bantuan (08/04/09). Bantuan yang disampaikan antara lain pakaian, selimut, jaket, makanan. Maklumlah, para suster tidak sempat menyelamatkan harta benda mereka yang tertimbun reruntuhan.
Pemilu
Pekan Suci tahun ini, khusus bagi warga Negara Indonesia, diwarnai juga dengan kegiatan pemilu atau lebih populer disebut Pencontrengan. Di Roma, pencontrengan dilakukan di dua tempat, yaitu di KBRI untuk Tahta Suci, bagi kaum rohaniwan/wati dan di KBRI untuk Italia bagi warga Negara Indonesia pada umumnya.
Br.Vincentius Dalijan SCJ, salah satu panitia pelaksana, mengeluh tentang sedikitnya kaum rohaniwan/wati yang menggunakan hak pilihnya. Setiap tahun pada Pekan Suci, banyak romo yang pergi keluar kota untuk asistensi. “Sebenarnya mereka dapat tetap memilih lewat pos. Sayang, hanya sedikit saja yang melakukannya”, ujar Br. Dalijan dengan nada kecewa. Partai Demokrat memperoleh suara terbanyak pada pemilihan di KBRI untuk Italia sementara di KBRI untuk Tahta Suci, Partai Katolik menduduki urutan paling atas.
Heri Kartono, OSC (dimuat di majalah HIDUP edisi 19 April 2009).
(Foto: 200 ribu orang berjubel di lapangan St.Peter dan sepanjang jalan Consolazione untuk mendengarkan pesan Paskah dan menerima berkat Urbi et Orbi).