Friday, February 11, 2011

Roma, Peziarahan


MASIH PUNYA PERSEDIAAN SATU LAGI….!

Menjadi orang Katolik bukanlah perkara yang mudah. Itulah yang dirasakan pengikut Kristus di Roma pada abad-abad pertama. Nyawa adalah taruhannya. Saat itu, pengikut Kristus dikejar-kejar dan dianiaya hingga mati. Karenanya, untuk bisa berkumpul, umat kristiani mencari tempat persembunyian yang aman. Kuburan bawah tanah atau Katakombe adalah tempat yang paling sering digunakan untuk bertemu. Meski sudah bersembunyi, acapkali mereka tetap tertangkap dan dibunuh. Di Roma ada banyak katakombe yang amat bersejarah, di antaranya adalah katakombe San Callisto, San Sebastiano dan katakombe Domitilla. Hingga kini katakombe menjadi saksi bisu keteguhan iman umat Kristiani Roma di masa lalu.

Selain katekombe, tempat lain yang menyimpan sejarah pahit umat Kristiani adalah Colloseum. Siapa yang tidak mengenal Colloseum, landmark kota Roma? Sejatinya, Colloseum adalah sebuah stadion yang sampai saat ini masih dikagumi orang. Bagaimana mungkin dua ribu tahun yang lalu orang mampu membuat bangunan semegah dan seindah Colloseum? Tidak heran Colloseum sampai sekarang tetap menjadi salah satu kebanggaan orang Italia, khususnya Roma. Namun, dibalik bangunan yang megah dan mengesankan ini, tersimpan sejarah yang amat mengerikan, terutama bagi umat kristiani. Di tempat ini, ribuan umat kristiani telah menumpahkan darah mereka demi iman yang mereka hayati. Para pengikut Kristus yang tertangkap, dihempaskan ke tempat ini, menjadi santapan binatang-binatang buas yang kelaparan. Sementara penonton bersorak-sorai gembira menyaksikan tontonan tidak berperi-kemanusiaan itu.

Perjalanan Batin Iman Katolik

Roma pernah dijuluki sebagai Kota Suci. Hal ini tidak mengherankan karena Roma mewarisi banyak peninggalan sakral kekristenan. Selain itu Roma merupakan pusat agama Katolik dunia. Vatikan dengan gereja Santo Petrus yang megah menjadi simbol kepemimpinan gereja Katolik.

Bagi umat Katolik, di samping Vatikan, Roma memiliki banyak hal menarik lainnya. Misalnya, ada tangga yang digunakan Pilatus untuk mengadili Yesus. Tangga ini dipindah dari tempat asalnya Yerusalem ke Roma. Kini Scala Sancta atau tangga suci ini dirawat dalam sebuah kapel di seberang gereja megah San Giovanni Lateran. Umat berdoa sambil berlutut berturut-turut sejak tangga pertama hingga tangga terakhir. Umat percaya bahwa dengan cara itu, doa-doa mereka akan lebih didengarkan Tuhan.

Salah satu pilar kekristenan adalah sosok Santo Paulus. Rasul ini dikenal amat bersemangat menyebarkan ajaran Kristus di luar bangsa Yahudi. Paulus ditangkap di Roma dan dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya. Hingga kini, tempat Paulus dipenjara dan dihukum mati masih terpelihara dengan baik. Sementara di atas makamnya, didirikan basilica yang amat megah disebut Basilica San Paulo fuori muro (Basilika Santo Paulus di luar tembok).

Menelusuri kota Roma ibarat mengadakan perjalanan batin iman Katolik. Ada begitu banyak hal dan tempat yang bisa menceriterakan betapa kuatnya iman umat kristiani di masa lalu. Meskipun demikian, semangat yang amat besar terkadang menjadi berlebihan. Sebagai contoh, di salah satu sudut kota Roma ada gereja yang cukup besar, San Silvestro namanya. Gereja ini dibangun antara tahun 752-757. Konon, di gereja San Silvestro ini, sejak abad XII tersimpan tengkorak kepala Santo Yohanes Pembaptis (yang dipenggal jaman raja Herodes). Dan memang, di bagian depan gereja, ada kapel kecil tempat tengkorak itu diletakkan. Pada tahun 1969, gereja ini kemalingan, termasuk tengkorak Yohanes Pembaptis ikut hilang. Menurut ceritera, sang maling mengembalikan lagi tengkorak itu keesokan harinya. Namun, versi lain mengatakan, pastor paroki, saat diwawancarai tentang hilangnya tengkorak itu, menjelaskan: “Maling itu sungguh keterlaluan. Dia menggasak banyak barang berharga, termasuk kepala Yohanes Pemandi. Tapi tidak apa-apa, kami masih punya persediaan satu lagi…..!”

Ceritera di atas memang masih perlu dibuktikan kebenarannya. Namun, sungguh benar bahwa semangat beragama yang berlebihan, kadang-kadang bisa kebablasan, menghalalkan segala cara.

Heri Kartono, OSC

(Catatan: 1.Penulis pernah dua kali tinggal di kota Roma, tahun 1986-1989 untuk studi dan tahun 2003-2009 tugas Generalat Ordo Salib Suci. 2. Tulisan ini dimuat di Majalah HIDUP edisi 27 Februari 2011)

1 comment:

jansiantjoa@gmail.com said...

Tulisan ini selain memuat ttg tempat- tempat bersejarah, sekalian juga menjadi muara refleksi akan perilaku kita dalam seni penghayatan iman kita sendiri. Selamat Romo