Thursday, March 15, 2012

Launching Buku KERSANING ALLAH



TUGAS YANG MENGASYIKAN..

Saat saya masih bertugas di kota Roma, pak Richard suatu hari kirim e-mail. Pak Richard yang saya kenal dengan baik ini, menjelaskan bahwa pak Ganda Kusuma, kerabatnya, akan datang ke Roma. Di bagian akhir e-mailnya, Richard menulis: “Apakah pastor bersedia menemani keluarga Ganda, selama berada di Roma?” Permintaan semacam ini sering saya terima. Maka sesudah saya cek agenda, saya balas: “Boleh, dengan senang hati!” Menemani tamu dari tanah air keliling kota Roma, saya anggap sebagai suatu refreshing yang menyenangkan.

Daftar Restoran Murah

Sebelum keluarga Ganda datang, saya menyiapkan peta turis kota Roma, daftar restoran yang murah, tiket bus harian, alternatif tempat-tempat yang akan dikunjungi, khususnya yang terjangkau dengan sarana umum. Maklumlah, tamu dari Indonesia kebanyakan datang dengan dana pas-pasan; apalagi harga-harga di Roma memang mahal diukur dengan nilai rupiah.

Ketika pak Ganda datang bersama istri dan Noni, saya mulai menyadari bahwa keluarga ini berbeda dengan tamu-tamu Indonesia yang biasa saya temui. Hotel tempat mereka menginap tergolong hotel terbaik di kota Roma. Mereka juga tidak memerlukan Bus ataupun angkutan umum lainnya. Sudah dipesan taxi khusus dengan driver gagah langganan mereka, Signore Manilo yang siap melayani. Kemanapun kami pergi, taxi inilah yang membawa kami.

Hari pertama mengantar, sayapun langsung menyadari, sebetulnya keluarga Ganda sudah mengenal hampir semua seluk-beluk kota Roma. Bahkan, dalam beberapa hal, seperti tempat es krim terbaik, restoran paling elegan, pak Ganda lebih tahu dari saya. Menyadari hal tsb, sayapun berkata: “Nampaknya saya tidak diperlukan karena pak Ganda sudah mengetahui seluk beluk kota Roma dengan baik!”. Pak Ganda kemudian menjawab: “Kalau romo tidak sibuk, kami senang bila romo bersedia menemani kami!”. Maka sayapun meneruskan menemani keluarga yang ramah ini.

Mengedit atau Merombak

Saat bepergian bersama itu, pak Ganda, juga ibu Ganda serta Noni, banyak berceritera. Semakin banyak saya mendengar, semakin tertarik hati saya. Perjuangan hidup, masa kecil, latar belakang keluarga serta pandangan-pandangan pak Ganda di mata saya luar biasa. Tak ketinggalan, lika-liku perjalanannya dalam urusan pekerjaan menarik sekali. Pada saat itu pak Ganda menyinggung sekilas tentang rencana penulisan buku memoir yang mandeg.

Saat kami bertemu kembali di Roma setahun kemudian, pak Ganda meminta kesediaan saya untuk membantu menulis memoir. Sebelumnya pak Ganda sempat meminta tolong saya untuk meng-edit dua buah tulisannya via e-mail. Rupanya hal itu semacam “uji-coba!”. Saya katakan bahwa saya bersedia asal tidak terburu-buru dan waktunya disesuaikan dengan ritme kerja saya. Sejak itulah dimulai proses penulisan.

Adapun proses penulisannya sendiri sebagai berikut. Pertama pak Ganda menuliskan satu topik kisah hidupnya. Tulisan tersebut dikirim lewat e-mail pada saya. Selanjutnya saya diberi kebebasan untuk merombak total tulisan tersebut atau sekedar mengedit dan merapihkan saja. Dua-duanya saya lakukan, tergantung tulisan mentahnya, juga tergantung inspirasi yang muncul. Meski dirombak total, esensi ceritera tetap sama. Proses ini masih dilanjutkan dengan revisi-revisi. Sebagian besar ceritera mengalami penambahan info di sana-sini. Maklum nampaknya ingatan tentang masa lalu terus bermunculan. Tidak jarang pak Ganda khusus menyepi ke Bali atau ke tempat lain untuk menulis, merevisi atau menambah bumbu-bumbu ceritera. Pak Ganda kemudian meminta juga Rm. Pitoyo SJ untuk ikut mengedit keseluruhan tulisan. Dengan demikian hasil akhir tulisan terasa makin baik.

Supaya saya memiliki gambaran yang konkrit tentang pak Ganda, saya diajak melihat “dunia” sekitar pak Ganda: rumah orang tuanya di Cirebon, desa Trusmi, makam di Sandiego Hills, rumah pak Ganda di Pekayon, kantor Imeco dll. Saya juga diperkenalkan dengan saudara-saudara pak Ganda, sebagian kenalan pak Ganda dan tentu saja istri serta kedua anak pak Ganda Eka dan Noni. Sementara itu proses penulisan terus berlanjut.

Membaca serta menulis kisah hidup pak Ganda bagi saya mengasyikan sekali. Saya sama sekali tidak menganggapnya sebagai beban. Banyak kebijaksanaan hidup mendalam yang ikut saya timba. Proses penulisanpun berjalan dengan baik. Ketika saya menerima tugas baru sebagai pastor paroki Santa Helena, Lippo Karawaci, saya memang merasa sedikit kewalahan. Jadwal saya padat sekali. Saya harus pandai-pandai membagi waktu. Untunglah pak Ganda cukup sabar untuk menanti.. (Memoirs setebal 350 halaman akhirnya selesai ditulis dalam kurun waktu lebih dari 4 tahun. Judul: KERSANING ALLAH dipilih oleh pak Ganda karena dianggap mewakili benang merah kehidupannya).

Terima kasih bahwa saya mendapat kehormatan ikut membantu menulis memoirs pak Ganda. Saya merasa diperkaya dengan kisah-kisah yang sarat dengan kebijaksanaan hidup. Terima kasih juga bahwa saya boleh mengenal secara dekat keluarga istimewa ini.

Seharusnya saya tidak perlu heran bahwa pak Ganda adalah orang yang hebat, sukses dan dikagumi banyak orang. Soalnya, pak Ganda adalah orang Cirebon…..sebagaimana saya juga!

Heri Kartono, OSC.

(Tulisan ini merupakan Kata Pengantar dalam Memoirs tersebut. Adapun Launching Buku Memoirs ini dilakukan di rumah pak Ganda pada tanggal 3 Desember 2011. Hadir pada kesempatan tersebut antara lain: Tiga Uskup dari Luar Jawa, Vikjen KAJ, Cathy Sharon, Julia Estelle dan para undangan)

3 comments:

dwi-jkt said...

Makasih Mo sdh sharing..
Jd pingin kenal Pak Ganda nih Mo.. moga2 nti punya kesempatan baca bukunya ah..

Rosiany T.Chandra said...

Selamat untuk 'Kersaning Allah'.
Salah satu jejak prestasi anda ikut terpatri di sini. Bukan hanya dari sumbangsih tulisannya saja, namun lebih dari pada itu, adalah proses yang telah memperkaya wawasan kedua orang Cirebon ini!!!

triastuti said...

Wahh...kata pengantarnya saja sudah membuat penasaran sekali dengan isi buku memoir tersebut. Bila kata pengantarnya saja sudah disajikan begitu hangat dan sarat, pasti demikian berhikmat bukunya, yang sudah menyerap begitu banyak energi dan dedikasi sepenuh hati dari dua orang Cirebon penuh bakat ini...semoga energi hikmat dan dedikasi yang kaya ini ditransfer sepenuhnya dengan optimal kepada pembaca memoirs berkat talenta Rm Heri yang istimewa. Selamat ya Pak Ganda, selamat Rm Heri, selamat ya para pembacanya nanti...:))