Tuesday, July 1, 2008

REHAT.


 

TEMPAT MEMBUANG KEJENUHAN DAN MENIMBA KESEGARAN

Biarawan-biarawati Indonesia yang bekerja di Generalat (Pusat Ordo) di kota Roma membentuk wadah yang disebut REHAT. Sebenarnya Rehat merupakan kependekan dari Rekan Hidup Antar Tarekat. Rehat dimaksudkan hanya untuk orang Indonesia asli, karena pola pikir dan mentalitas yang agak sama. Maka, para konfrater dari Negara lain, meskipun sudah WNI, tidak termasuk di dalamnya.

Anggota Rehat ada yang bekerja sebagai Konselor, Asisten, Anggota Dewan Jenderal, Ekonom atau Sekretaris Jenderal. Jumlahnya tidak banyak, 13 orang saja. Orang Indonesia asli yang menjadi pimpinan tertinggi konggregasi Internasional yang berkedudukan di Roma belum ada. Jenderal suster-suster Carolus Boromeus sebenarnya dipegang oleh seorang Indonesia, yaitu Sr.Melani CB. Namun, pusat CB bukan di Roma melainkan di Maastricht, Belanda.

Salah satu keuntungan bekerja di Generalat adalah bertambahnya pengalaman dan wawasan. Sebab, sebagai anggota Dewan Jenderal, salah satu tugasnya adalah mengadakan kunjungan ke tempat di mana Ordo tersebar di dunia. Selain itu, adanya Paus sebagai Uskup kota Roma maupun sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katolik, mempunyai nilai tersendiri. Roma menjadi pusat dunia, sekurangnya di lingkungan gereja.

Bekerja di tingkat Generalat tidak selalu menyenangkan. Beberapa anggota REHAT bahkan mengaku lebih suka tinggal dan bekerja di tanah air. REHAT yang berarti “istirahat”, diakui oleh para anggotanya sebagai semacam tempat “Oase”, tempat di mana orang bisa istirahat, menimba kesegaran dan kekuatan hidup kembali. REHAT memang semacam wadah kekeluargaan.

REHAT dibentuk lima tahun yang lalu. Para pionirnya adalah P. Albertus Tan Thian Sing MSF,  P.Hadrianus Wardjito SCJ, P.Mangkey MSC dan Br.Gabriel FC. Kelompok ini sejak awal tidak memiliki ketua atau pengurus resmi, karena memang tidak dimaksudkan sebagai wadah formal. Namun demikian, salah seorang anggota secara suka rela mengatur dan mengingatkan jadwal pertemuan.

Pertemuan REHAT diadakan sekitar 10 kali dalam setahun. Dalam pertemuan tersebut, biasanya para anggota mengadakan tukar menukar pengalaman. Rekan-rekan yang baru mengadakan kunjungan (visitasi) men-sharingkan pengalamannya, termasuk pelbagai kesulitan umum yang dihadapi Konggregasinya. Semuanya dilakukan dalam suasana informal.

Pst. Leo Kleden SVD dalam satu acara sharing mengungkapkan kegembiraannya atas kelompok ini. “Saya tidak hanya membagikan pengalaman saya, tapi juga menimba banyak pengalaman dari rekan-rekan”, ungkap Doktor Filsafat ini. Anggota REHAT yang lain, Pst. Dr.Paulinus Yan Olla MSF, mengungkapkan hal yang senada. 

Sementara itu, seorang suster sempat mensharingkan tentang kelompok ini: “Bagi saya, REHAT adalah tempat membuang kejenuhan dan menimba kesegaran rohani”, paparnya.

Setiap orang, sebagai apapun, butuh wadah dimana ia bisa berbagi suka dan duka secara wajar. Nampaknya REHAT telah menjadi rumah kedua bagi para anggotanya.

Heri Kartono. (Dimuat di Majalah KOMUNIKASI, Mei 2006 dengan sedikit Revisi).

3 comments:

Rosiany T.Chandra said...

REHAT sepertinya juga wadah utk melepas kangen dan rindu dgn rekan sesama setanah air.

Selamat berkarya utk semua anggota REHAT

Heri Kartono said...

Pertemuan REHAT untuk saya memang menyegarkan. Kebetulan rekan-rekan REHAT umumnya SAJALUR.
HK.

Lucas Nasution said...

Bekerja di tingkat Generalat tidak selalu menyenangkan. Beberapa anggota REHAT bahkan mengaku lebih suka tinggal dan bekerja di tanah air.

ditanah air aku berada dalam lingkaran aman-ku, diluar negeri aku dipaksa keluar dari pelukan ibu pertiwi, dan terpapar pada matahari dan angin kencang