Belum lama ini ia
diangkat sebagai Konsul untuk negara asing. Sebagai Konsul dan pemimpin dari
beberapa perusahaan, jadwalnya amat padat. Kendati demikian ia masih bisa menyisihkan waktu untuk Tuhan, antara
lain dengan mengadakan misa dan adorasi di kapel rumahnya.
Pada tanggal 31 Juli 2012 yang lalu Ir.Adriana Sri Lestari,
MBA dipercaya menjadi Honorary Consul
negara Republik Estonia. Uniknya, jabatan itu sebelumnya dipegang oleh ibu kandungnya
sendiri, Dr.CA. Ariyanti, P.S.MH. Adriana dipercaya menjadi Konsul pengganti
pertama-tama bukan karena "mewarisi" jabatan orang tuanya melainkan
karena ia memang memenuhi kualifikasi yang diperlukan.
Sebagai seorang Konsul, tugas Adriana adalah memberikan informasi,
perlindungan dan bantuan yang diperlukan bagi warga Estonia yang mempunyai
kesulitan selama tinggal di wilayah tugas dan wewenangnya. Bagi Ria, panggilan
akrab wanita ini, tugasnya ini merupakan bentuk pengabdiannya kepada negara dan
bangsa. Dengan kewenangan yang dimilikinya, ia memang dapat berperan aktif
memajukan hubungan bilateral kedua
negara terutama di bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Time Management
Selain jabatan Honorary
Consul yg diembannya, saat ini wanita lulusan ITB tahun 1988 ini memiliki sejumlah jabatan
penting yang digelutinya, diantaranya: Direktur PT.Trimitra Megah Lestari,
Presiden Direktur PT.Panca Dasar Adriastri,
CEO peternakan di Meruyung, Pemilik beberapa cafe OH LALA. Di bidang
pendidikan, ia duduk sebagai Pembina Yayasan Pendidikan Ariyanti, Bandung,
sebuah lembaga pendidikan yang didirikan empat puluh tahun yang lalu oleh ibunya.
Bagaimana semua itu tertangani? Ibu dua anak ini mengakui
memang tidak mudah melakukan semuanya sekaligus. Agar semuanya dapat tertangani
dengan baik, ada beberapa hal yang ia pegang teguh. Pertama adalah time management. Ria terbiasa untuk
merencanakan segala sesuatu dengan teliti dan efisien. Baik urusan bisnis,
keluarga maupun sosial, semuanya mendapat porsi yang wajar. Baginya pengaturan
waktu yang baik merupakan syarat mutlak. "Saya berusaha mengisi waktu
secara berguna setiap hari. Saya ingin mengukir prestasi terbaik pada apapun
yang saya kerjakan", ujar wanita ini dengan nada serius. Ia menambahkan:
"Saya berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk suami, anak-anak,
karyawan dan teman!", imbuh wanita yang pernah dinobatkan sebagai The most talented girl dalam Kontes
Kecantikan Puteri Remaja Indonesia (majalah Gadis 1981).
Selain pengaturan waktu yg baik, kiat lain yang dipegangnya
adalah berfikir positif. Berfikir positif bagi Ria adalah sesuatu yang
diperlukan agar hidup dapat berjalan dengan nyaman dan tidak stress. Sebaliknya, negatif thinking atau berfikir negatif cenderung membuat hidup
menjadi suram dan penuh persoalan. Berfikir positif bukanlah sesuatu yang
begitu saja muncul, melainkan harus dilatih secara sadar dan konsisten. Kiat
lain yang dipegang teguh wanita kelahiran Bogor, 16 Juli 1965 ini adalah tekun
dalam doa. "Doa adalah kekuatan hidup saya!", papar Adriana sungguh-sungguh.
Terkesan Pada
Orang Pintar
Dengan beragam posisi dan jabatan yang dipegangnya, pastilah
orang menduga bahwa Ir.Adriana adalah orang pintar. Dan memang demikianlah
adanya. "Ria itu orangnya sedikit pemalu namun pintar!", ujar Pastor
Leo van Beurden OSC yang mengenal Ria sejak masih remaja. Meski demikian,
dibanding suaminya, Ria mengaku dirinya bukanlah apa-apa. "Suami saya
adalah orang yang sangat pintar, bahkan jenius", jelas Ria. Dr.Nicolaas
C.Budhiparama, Jr, suami Ria, adalah dokter ahli bedah Orthopaedic terkenal di
Indonesia. Lebih dari 10 jabatan dipegang dokter lulusan termuda Orthopaedic
Surgery University Hospital, Leiden, Belanda. Salah satu jabatan yang diemban
dr.Nico adalah Presiden IHKS (Indonesian
Hip and Knee Society). Selain suaminya yang pintar, kedua anak Ria,
Nicolaas Bryant Budhiparama dan Nicolaas C.Edrick Budhiparama juga cerdas dan
berprestasi. "Dikelilingi tiga pria yang pintar-pintar bukanlah sesuatu
yang mudah!", tutur Ria. "Harus ada saling mengerti, komunikasi yang
baik dan saling percaya", lanjut wanita peraih Citra Karya Paramitha
(1995) ini.
Suatu saat Ria mendampingi suaminya mengikuti pertemuan
Orthopaedi di London. Peserta pertemuan ini amat eksklusif, terbatas hanya
untuk ahli-ahli orthopaedi yang mempunyai prestasi hebat. Mereka adalah 40 inovator terbaik dunia yang menciptakan
robot untuk operasi. Dengan kata lain, seluruh peserta pertemuan itu adalah
orang-orang pintar.
Saat break makan,
ada peristiwa kecil yang mengagetkan dirinya. "Saya terkejut saat melihat
orang-orang itu berdoa lebih dahulu sebelum makan", kenang Ria yang
menguasai bahasa Inggris dan Belanda ini. Peristiwa itu amat mengesankannya. Soalnya,
Ria kerap menjumpai orang-orang yang merasa dirinya pintar, merasa kesuksesan
mereka adalah karena kehebatan dirinya semata. Sementara orang-orang yang
sungguh cerdas dalam pertemuan itu justru rendah hati serta memiliki iman yang
kuat.
Ria sendiri adalah sosok orang yang beriman. Hal itu
terungkap dalam pelbagai aktivitas hidupnya. Sejak usia 12 tahun ia sudah
bermain organ mengiringi misa dan ikut kegiatan Legio Maria. Ia juga pernah
dipercaya sebagai Koordinator organis.
“Tugas sebagai Koordinator memicu saya untuk tetap berlatih untuk diri
sendiri namun juga melatih para organis lainnya agar dapat melayani Gereja
lebih baik", ujar pemenang kejuaraan organ se-Jawa Barat ini (1980).
Sampai saat ini Ria tetap memperhatikan kebutuhan rohaninya. Hari-hari
Sabtu/ Minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu. Selain rajin pergi ke gereja
paroki, Ria kerap menghabiskan waktunya di kapel rumahnya. Ria yang dikaruniai
rejeki cukup, memang memiliki kapel di rumahnya. Sebulan sekali diadakan misa dan
adorasi di kapelnya ini. Tempat kudus tersebut kerap menjadi tempat berkumpul
keluarga dalam suasana doa. Ria yang selalu bangun pagi hari, memulai
kehidupannya dengan doa. Ria mengaku selalu memiliki kerinduan untuk melayani
Tuhan.
"Sahabat sejati dan kekuatan saya adalah doa. Pergumulan
hidup saya, saya serahkan pada Tuhan. Saya sangat percaya bahwa dengan mengikuti
dan melayaniNya, semua akan ditambahkan. Tuhan adalah sumber kekuatan
saya", ujar alumni Fairfax
University, USA (1995) ini penuh syukur dan terima kasih.
Gelar Kehormatan
Sepak terjang Ria, khususnya di bidang pendidikan rupanya
menarik perhatian keluarga Keraton Surakarta. Sesudah melewati sejumlah
persyaratan yang ketat, pada tanggal 3 Januari 2011, Sri Sultan Paku Buwono
XIII menobatkan gelar kebangsawanan KRAy atau Kanjeng Raden Ayu kepada wanita
berpenampilan anggun ini.
Dengan seabreg prestasi serta pekerjaan penting yang
dikerjakan Ria, orang bisa saja berfikir bahwa pastilah hidup Ria enak dan
mulus. Nampaknya tidaklah demikian. "Bagaimanapun, masih ada rasa takut,
cemas dan keraguan dalam hidup saya.
Namun saya menanggapinya secara positif. Saya menganggapnya sebagai suatu
signal yang baik. Perasaan takut dan cemas mendorong saya untuk terus mencari
dan berharap hanya kepada Tuhan saja", tegas bungsu dari dua bersaudara
ini.
Box:
Nama: Ir. Adriana Sri
Lestari, MBA
Orang Tua: DR.KRAY C.A. Ariyanti, P.S. MH dan (alm) Dr.Kol.Pong
Permadi Darmohusodo.
Tempat/tgl.lahir: Bogor, 16 Juli 1965.
Suami: Dr. Nicolaas C. Budhiparama, Jr. F.I.C.S
Anak: 1. Nicolaas Bryant Budhiparama 2. Nicolaas C.Edrick
Budhiparama.
Kakak: Hj.Dewi Irawati, B.Sc
Pendidikan: Fairfax University, USA Degree Program Master of
Business Administration.(1995); ITB jurusan Teknik Industri (1988).
Beberapa jabatan yang saat ini dipegangnya antara lain: 1.
Honorary Consul of the Republic of Estonia. 2. Direktur PT.Trimitra Megah Lestari,
Jakarta. 3. Presiden Direktur P.T. Panca Dasar Adriastri, Jakarta. 4. Pembina Yayasan
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Ariyanti, Bandung.
2 comments:
Wanita hebat, sungguh luar biasa.
Didalam kesibukannya msh ingat ma sang Khalik...(Widyasari Purba0
Pada akhirnya relasi dengan Tuhan dan kasih kepada-Nya menentukan segala-galanya ya Romo, terima kasih buat teladan hidup yang dituliskan dg indah, memberi semangat ganda bagi siapa pun yang membacanya.
Post a Comment