Friday, December 26, 2008

Natal Vatikan 2008


AKHIRI PENDERITAAN ANAK-ANAK!

Nasib anak-anak terlantar, krisis di timur tengah serta konflik di Afrika menjadi perhatian serta keprihatinan Paus dalam Natal tahun 2008 ini. Sebuah insiden kecil di akhir misa malam Natal sempat mengejutkan umat yang hadir.

 “Anak Betlehem itu mendorong kita sekali lagi untuk melakukan sesuatu dengan kekuatan kita untuk mengakhiri penderitaan anak-anak”, ujar Paus dalam kotbah misa malam Natal di Basilika Santo Petrus Vatikan. Dalam kesempatan itu Paus mengajak umat untuk memperhatikan nasib anak-anak teraniaya yang dipaksa hidup di jalanan atau sebagai tentara. Paus juga menyampaikan keprihatinan bagi anak-anak korban industri pornografi. “Ini akan menimbulkan trauma di dalam jiwa mereka”, ujar Paus.

Saat menyinggung tempat kelahiran Yesus, Paus antara lain berkata: “Mari kita juga memikirkan tempat yang dinamai Betlehem, bumi di mana Yesus hidup, dan yang dia begitu sayangi”, katanya. “Mari kita berdoa agar perdamaian terbentuk di sana”, ujarnya lagi. Bulan Mei 2009, Paus dijadwalkan mengunjungi Betlehem.

Dalam kesempatan lain, Paus menyatakan harapannya bahwa krisis ekonomi yang melanda dunia dapat mengarahkan orang lebih memusatkan pada arti rohani dari Natal. Menurut Paus, krisis dapat membantu orang menemukan kehangatan, kesederhanaan, persahabatan serta solidaritas yang merupakan nilai khas peristiwa Natal. Hal ini disampaikan Paus pada kesempatan audiensi umum di Aula Paulus VI, Vatikan (17/12/08).

Bahasa Latin: Isyarat Persatuan Gereja

Paus memimpin Misa malam Natal di Basilika Santo Petrus Vatikan didampingi 32 kardinal dan dihadiri puluhan ribu umat. Misa Natal yang disiarkan ke lebih 65 negara tersebut berlangsung lancar. Sebuah insiden kecil terjadi pada akhir misa. Saat Paus berjalan meninggalkan altar menuju sakristi, seorang berbaju merah tiba-tiba melompati pembatas dan hendak menghampirinya. Namun, dengan sigap beberapa petugas langsung membekuknya. Paus sempat memperlambat jalannya dan melihat sekilas peristiwa tersebut.

Juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, sesudahnya menyatakan bahwa insiden tersebut tidak menyebabkan masalah yang berarti. “Bapa Suci tetap berjalan dengan tenang. Saya rasa dia hanya ingin menyalami Sri Paus. Saya rasa juga dia tidak bersenjata”, jelas Lombardi.

Tentang liturginya sendiri, kali ini ada beberapa perubahan di sana-sini dibanding tahun-tahun sebelumnya. Menurut Mgr. Guido Marini, pimpinan liturgi kepausan, perayaan liturgi Natal sejatinya dapat menghantar umat beriman pada penghayatan misteri inkarnasi. “Segala sesuatu termasuk kata-kata, tanda, tindakan, simbol, musik dan lagu dalam rangkaian liturgi mengarah pada tujuan yang sama tersebut”, ujar Marini pada L’Osservatore Romano, media Vatikan (Zenit, 23/12/08).

Perubahan yang dimaksud, antara lain, saat menyanyikan Gloria yang diawali oleh Sri Paus, diikuti bunyi lonceng dan iringan musik organ. Gloria kali ini tidak disertai acara persembahan bunga oleh anak-anak dari pelbagai benua. Persembahan bunga ini dialihkan ke bagian lain, yaitu pada saat Sri Paus berjalan menuju kandang Natal untuk meletakkan patung bayi Yesus di sana.

Penggunaan pelbagai bahasa yang berbeda dalam liturgi tetap dipertahankan. Masih menurut Mgr. Marini, bahasa-bahasa yang dipilih, khususnya untuk bacaan, menunjukkan adanya partisipasi umat yang datang dari pelbagai penjuru dunia. Sementara penggunaan bahasa Latin dalam doa-doa mengisyaratkan adanya persatuan di dalam gereja Katolik kendati berbeda-beda.

Lepas dari liturgi yang berubah, misa malam Natal di Vatikan dari tahun ke tahun selalu banyak diminati. Tahun inipun pihak Vatikan kewalahan untuk menampung banyaknya umat yang ingin merayakan Natal bersama Paus. Pastor Andreas Madya Sriyanto SCJ mengabarkan bahwa tiket masuk untuk misa malam Natal di Vatikan, sudah habis dua bulan sebelum hari H. Hal ini diakui juga oleh Pastor Markus Solo SVD yang bekerja di Vatikan. Pastor Markus yang mendapat informasi langsung dari Mgr. James M. Harvey, penanggung-jawab urusan tiket, membenarkan bahwa peminat misa Natal di Vatikan tahun ini memang membludak. HIDUP juga semula kewalahan untuk mendapatkan tiket masuk. Untunglah, berkat bantuan bapak Suprapto Martosetomo, Dubes RI untuk Vatikan, akhirnya tiket berhasil didapat.

Orang yang tidak memiliki tiket, harus puas duduk di luar Basilika dalam cuaca dingin dan mengikuti misa lewat layar raksasa yang disediakan.

Seruan Perdamaian di Timur Tengah dan Afrika

Pesan Natal Paus yang disampaikan esok harinya dari atas balkon utama Basilika Santo Petrus, Vatikan (25/12/08) terutama terkait dengan konflik dan kekerasan yang terjadi di Timur Tengah serta kegoncangan yang terjadi di Afrika, khususnya di Kongo, Sudan, Somalia dan Zimbabwe. Paus mengulangi pesan yang disampaikannya pada kotbah tengah malam, agar kebencian serta kekerasan di Timur Tengah dapat segera diakhiri.

Pada kesempatan yang sama, Paus menyampaikan berkat Urbi et Orbi kepada puluhan ribu umat yang hadir memenuhi lapangan Santo Petrus. Urbi et Orbi (bagi Kota dan Dunia) adalah salah satu tradisi yang dimiliki gereja Katolik. Berkat urbi et orbi diucapkan Paus khususnya pada hari raya Natal dan Paskah dari atas balkon utama Basilika Santo Petrus, Vatikan. Umat memenuhi lapangan St. Petrus, sebagian bahkan sejak pagi hari. Mereka tidak hanya ingin mendengarkan pesan-pesan Paus namun juga ingin mendapat indulgensi (pengampunan dosa) yang diterima lewat berkat urbi et orbi.

Pada bagian akhir acara Urbi et Orbi, Paus mengucapkan selamat Natal dalam 64 bahasa, termasuk bahasa Indonesia. (Foto: suasana saat umat mendengarkan pesan Natal Paus di lapangan Santo Petrus, Vatikan, 25/12/08)

 Heri Kartono, OSC (Dimuat di majalah HIDUP, edisi 04/01/09).

1 comment:

Rosiany T.Chandra said...

Misteri inkarnasi apa ya itu?