Friday, January 23, 2009

Hari Migran Sedunia 2009



PERLUNYA SIMPATI SERTA PERLINDUNGAN

“Pada hari Migran dan Perantau sedunia ini, saya menghimbau setiap individu, komunitas maupun lembaga untuk bermurah hati kepada mereka yang telah meninggalkan tanah airnya”, ujar Paus disambut sorak-sorai ribuan immigran dan perantau yang berkumpul di lapangan Santo Petrus, Vatikan (18/01/09).

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Hari Migran dan Perantau Sedunia diperingati secara khusus. Sejalan dengan Tahun Paulus, Paus Benediktus XVI memilih tema: “Santo Paulus Migran, Rasul bagi bangsa-bangsa asing”. Paulus memang lahir dari sebuah keluarga imigran di Tarsus. Paulus sendiri kemudian pergi ke banyak tempat untuk mewartakan Kabar Gembira hingga wafatnya sebagai migran dan martir di kota Roma.

Paus Benediktus XVI dikenal sebagai Paus yang amat peduli pada nasib kaum imigran. Pada saat berkunjung ke kota Brindisi misalnya, (15/06/08) hal pertama yang dikatakan Paus adalah tentang perlunya membela kaum imigran. Brindisi memang dikenal sebagai salah satu pintu masuk kaum imigran dari Kroasia, Montenegro, Albania dan bahkan dari Macedonia ke Italia.

Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat (April 2008) beberapa kali Paus menyinggung nasib kaum Migran yang banyak tersebar di negeri Paman Sam tersebut. Kendati demikian, sebagaimana dikemukakan oleh Kardinal Roger Mahony, Paus tetap menghormati hukum yang berlaku dan tidak mendukung orang melakukan tindakan illegal.

Komunitas Para Migran

Situasi politik yang tak menentu atau krisis ekonomi yang parah, kerap memaksa orang meninggalkan negerinya pergi ke negeri lain mengadu nasib. Italia adalah salah satu negara yang banyak dituju kaum imigran. Dari negara Filipina saja ada sekitar 100 ribu orang. Dari jumlah itu hampir separuhnya tinggal di kota Roma. Dalam setahun, tak kurang dari 11 juta dolar AS uang yang dikirim para migran Filipina ke kampung halamannya. Migran asal Filipina bukanlah yang terbanyak dari segi jumlah namun dari segi agama, migran Filipina menempati urutan terbanyak beragama Katolik. Salah satu gereja yang kerap digunakan komunitas Filipina adalah Basilika Santa Pudenziana. Gereja yang terletak di Via Urbana 160 Roma ini, pada hari Minggu dirayakan empat kali misa, sekali dalam bahasa Inggris dan tiga kali dalam bahasa Tagalog. Gereja selalu penuh!

Di Roma, ada banyak migran yang sukses baik dalam pekerjaan maupun hidupnya. Namun, tidak sedikit juga yang bernasib sebaliknya. Sulit mendapatkan pekerjaan, apalagi jika mereka datang tanpa kelengkapan dokumen. Migran gelap akan terus merasa was-was karena sewaktu-waktu bisa saja petugas menangkapnya. Selain itu, masalah lain juga tidak kalah peliknya, seperti adaptasi dengan bahasa dan budaya setempat.  Mengingat pelbagai kesulitan tersebut, para migran ini butuh bantuan, dukungan serta perlindungan. Selain itu, mereka juga butuh untuk bertemu dengan sesama bangsanya untuk saling menguatkan.

Menurut Frater Yance Guntur dari tarekat Scalabriani, di Roma ada sekitar 150 komunitas kaum migran. Komunitas-komunitas tersebut dibentuk berdasarkan agama, bahasa dan negara asal. Bagi yang beragama katolik, setiap hari Minggu mereka biasa berkumpul untuk merayakan misa dalam bahasa mereka masing-masing, seperti kelompok Filipina. Kesempatan tersebut, biasanya mereka gunakan juga untuk saling tukar informasi dan berbagi suka dan duka. “Para frater Scalabrini bersama para relawan membentuk Gruppo Contatto, yaitu grup yang menjadi penghubung komunitas migran yang satu dengan yang lainnya. Ada 6 frater kami yang bekerja dalam grup ini”, ujar frater asal Flores ini. Untuk memudahkan komunikasi, Gruppo Contatto membuat suatu website www.baobabroma.org .Bersama keuskupan Roma, grup ini setahun sekali mengadakan Festa dei Popoli bagi kaum migran secara meriah.

Pada Hari Migran dan Perantau Sedunia yang ke-95 (18/01/09), komunitas-komunitas Migran yang ada di kota Roma, berkumpul di lapangan Santo Petrus, Vatikan. Masing-masing kelompok datang dengan pakaian, musik serta atribut-atribut dari negaranya masing-masing. Tak lupa, sebagian dari mereka juga membawa bendera serta poster yang dibuat khusus untuk keperluan tersebut. Mereka semua bergembira menyambut pidato Paus pada hari istimewa tersebut. Lapangan Santo Petrus yang luas, saat itu penuh dengan para migran yang berasal dari mancanegara. Simpati serta kepedulian Paus/gereja atas hidup mereka, merupakan hiburan amat berarti bagi mereka yang dipisahkan dengan sanak-saudara serta tanah airnya.

Heri Kartono, OSC. (Dimuat di Majalah HIDUP, edisi 15 Februari 2009).

 

3 comments:

Lucas Nasution said...

Di Roma, ada banyak migran yang sukses baik dalam pekerjaan maupun hidupnya. Namun, tidak sedikit juga yang bernasib sebaliknya

saya pun seorang TKI, sehakekat dengan TKI lain, juga yang disiksa tuannya, atau yang nekat minggat dari lantai tinggi apartmen dengan kain sprei

saya bersama TKI lain dipanggil dengan julukan "Indon"...kurang sedap konotasinya...tapi itulah saya [dan masih mending tidak dipalak bangsa sendiri waktu pulang kampung]

mungkin cuma migran cap garuda yang susah dinegeri orang dan dipalak di kampung dewe

oh....

Anonymous said...

wah, bagus ya ada peringatan hari migran & perantau disana, berarti Paus sangat menghormati para perantau ya .... sayangnya disini gak ada peringatan seperti itu, nasib yah nasib .....

Rosiany T.Chandra said...

Berkomunitas dengan sesama bangsa di perantauan pasti menyenangkan.Saling tukar info dari tanah air,bercengkerama dalam bahasa ibu dan juga saling tukar menukar resep masakan!ha ha ha...

Kadangkala dampak sosial yang muncul dari para migran terhadap negara penampung juga tak kalah peliknya.