SINTERKLAS, PRANZO di NATALE DAN SUPERMAN
Sinterklas datang di Kedutaan! Begitu judul sebuah media mengomentari kedatangan Paus Benediktus XVI ke kedutaan Italia untuk Vatikan (13/12/08). Yang pasti, kehadiran Paus yang berpakaian berwarna putih dan merah, mirip Sinterklas, membawa kegembiraan bagi semua yang hadir. Kunjungan Paus ini atas undangan Antonio Zanardi Landi, Dubes Italia untuk Tahta Suci. Kedatangan ini dianggap penting karena dikaitkan dengan peringatan 80 tahun Perjanjian Lateran yang ditanda-tangani awal tahun 1929.
Perjanjian Lateran yang ditanda-tangani hampir 80 tahun yang lalu memang penting artinya, terutama bagi sejarah gereja Katolik. Perjanjian tersebut antara lain berupa pengakuan politis atas kedaulatan penuh Tahta Suci di dalam Negara Vatikan yang pada saat yang sama dikukuhkan. Selain itu, disepakati juga pengaturan posisi gereja serta agama Katolik di dalam Negara Italia.
Menyinggung tentang peristiwa bersejarah tersebut, Paus Benediktus XVI dalam sambutannya mengakui bahwa gereja amat sadar akan adanya perbedaan antara Negara dengan gereja. Perbedaan tersebut merupakan bagian dari struktur fundamental dari Kristianitas. “Gereja amat menghargai pemisahan serta otonomi ini sekaligus menilainya sebagai suatu kemajuan besar bagi kemanusiaan”, ujar Paus. Lebih lanjut Paus menyatakan bahwa pemisahan tersebut merupakan kondisi mendasar bagi kebebasan serta bagi pemenuhan misi universal penyelamatan bangsa-bangsa.
Kunjungan Paus yang dihadiri oleh beberapa pejabat tinggi Italia, seperti Franco Frattini, menteri Luar Negeri Italia, dimeriahkan oleh suguhan musik klasik serta acara pemberian cindera-mata kepada Paus.
Pranzo di Natale dan Superman
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini para gelandangan kota Roma boleh menikmati pesta Natal istimewa. Sebanyak 500 pengemis, tuna-wisma, kaum cacat dan lansia berpesta ria di dalam gereja Santa Maria in Trastevere, Roma. Gereja paroki yang besar ini oleh kelompok San Egidio disulap menjadi ruang perjamuan makan siang tepat pada hari Natal (25/12/08).
Para gelandangan diatur duduk per kelompok mengelilingi meja besar. Mereka menikmati sajian khas Italia, mulai dari lasagna (makanan pembuka), carne (daging), dolci (kue-kue) serta pelbagai jenis minuman. Anggota komunitas San Egidio serta sejumlah relawan melayani para gelandangan ini dengan wajah gembira.
Oktavianus Wibowo, salah satu anggota San Egidio asal Indonesia, menjelaskan bahwa tradisi Pranzo di Natale (Makan siang Natal) di gereja Santa Maria in Trastevere, sudah berlangsung sejak 26 tahun yang lalu. Kini, tradisi ini tersebar di pelbagai penjuru kota Roma bahkan di banyak tempat di dunia dimana kelompok San Egidio berada.
Perayaan Natal kerap juga diwarnai dengan acara tukar cendera-mata. Di Italia, acara pemberian hadiah, umumnya tidak dilakukan pada tanggal 25 Desember melainkan diundur sampai tanggal 7 Januari, bertepatan dengan pesta Penampakan Tuhan atau Epiphany. Namun demikian, tidak sedikit warga Italia yang melakukan pemberian hadiah pada tanggal 25 Desember atau bahkan sebelumnya. Salah satunya adalah Perdana Menteri Italia, Sylvio Berlusconi.
Perdana Menteri yang berusia 72 tahun ini diberitakan memberi hadiah para cucunya berupa boneka superman dengan wajah dirinya. “Biarlah cucu-cucuku mengetahui bahwa mereka berasal dari keturunan pahlawan super”, ujar Perdana Menteri yang akhir-akhir ini kerap didemo rakyatnya. (Foto: dokumen L'Osservatore Romano)
Heri Kartono, OSC (dimuat di Majalah HIDUP edisi 4/01/09).
1 comment:
Jika gereja menghargai akan adanya perbedaan/pemisahan antara Negara dan Gereja,mengapa Bpk Suci masih sekaligus menjabat sebagai Kepala Negara Vatikan dan Kepala gereja juga?Apa tidak akan terjadi conflict of interest?
Post a Comment