Wednesday, June 11, 2008

Ellie dan Toos Leermakers.


2000 KM BERSEPEDA DEMI VATIKAN

Berbekal keinginan kuat untuk melihat Vatikan, juga sambil mengisi waktu liburan, dua wanita nekad bersepeda dari Belanda ke Italia menempuh jarak lebih dari 2000 Km. Mereka mengaku kagum dan puas menyaksikan Basilika St. Petrus yang megah.

Barangkali istilah bonek bisa diterapkan pada dua wanita setengah baya ini: Ellie Leermakers (58) dan Toos Leermakers (56). Dua kakak-beradik ini bersepeda dari sebuah kota kecil dekat Eindhoven, Belanda menuju Italia. Rute mereka melewati Jerman, Austria, Swiss baru masuk Italia. Alat pencatat jarak yang terpasang pada sepeda mereka, menunjukkan angka 2100 Km, saat mereka tiba di Roma (06/06/08). Rata-rata mereka menempuh jarak 100 Km setiap harinya.

Bersepeda bukanlah hal yang asing bagi kedua wanita Belanda ini. Toos yang bekerja di sebuah Farmasi, biasa menggunakan sepeda menempuh jarak 15 Km ke tempat kerjanya. Sementara Ellie kakak-nya, seorang perawat, juga cukup sering menggunakan sepeda. “Bagi kami, orang Belanda, bersepeda adalah hal yang amat biasa. Sebagian besar penduduk di negeri kami gemar naik sepeda, baik sebagai alat transportasi maupun untuk olah raga. Hal ini didukung dengan fasilitas jalan sepeda yang amat nyaman dan aman di seluruh negeri”, tutur Ellie bangga.

Pecah Ban.

Sebelum memulai perjalanan, Ellie dan Toos terlebih dahulu mempelajari rute yang akan dilalui. Mereka memiliki beberapa peta, baik peta Eropa maupun peta masing-masing negara yang akan mereka lewati. Umumnya perjalanan berlangsung lancar dan aman. Perjalanan paling berat adalah saat di Austria. “Waktu itu kami harus melewati pegunungan Alpen dengan ketinggian 1800 M. Selain medan berat menanjak, cuaca juga dingin serta berkabut”, kenang Ellie.

Saat mereka memasuki Italia, di tengah jalan yang sepi, ban belakang sepeda milik Toos pecah. Mereka tidak panik. Dengan terampil, mereka berdua mengganti sendiri ban yang pecah tersebut. “Kami memang sudah siap dengan pelbagai kemungkinan yang bisa terjadi, termasuk ban pecah”, jelas Toos. 

Satu hal yang kerap mereka lakukan di jalan adalah masuk gereja dan berdoa. “Bila saat istirahat tiba dan kami melihat gereja, biasanya kami berhenti sejenak di sana. Kami masuk gereja itu, menyalakan lilin serta berdoa. Kami merasa perlu mengucapkan terima kasih pada Tuhan atas perjalanan yang telah kami lalui sekaligus memohon keselamatan bagi perjalanan selanjutnya”, papar Toos dan Ellie memberi alasan.

Mangagumi Basilika Santo Petrus.

Bagi Toos dan Ellie, tujuan perjalanan besar ini adalah untuk mengisi liburan sekaligus berjiarah ke Vatikan. Karena itu, begitu sampai di Roma, hal pertama yang mereka lakukan adalah berkunjung ke Basilika Santo Petrus. Kendati sering melihat Basilika Santo Petrus lewat tayangan telivisi, Toos mengaku terpesona saat melihat langsung Gereja terbesar di dunia ini.

“Belum pernah saya melihat Gereja sebesar, seindah dan semegah ini”, ujar Toos tentang Basilika Santo Petrus, Vatikan. Menurut Toos, Basilika Santo Petrus bukan hanya mengesankan sebagai sebuah gedung Gereja yang besar dan agung namun sekaligus sebagai maha karya seni dan arsitek yang luar biasa.

Toos dan Ellie tinggal selama satu minggu di kota Roma. Selain Vatikan dengan Basilika Santo Petrus yang mereka kagumi, mereka juga amat menikmati suasana kota Roma yang antik dan bersejarah. 

Pastor Harry Leermakers OSC, kakak kandung Ellie dan Toos yang bertugas di Nijmegen, Belanda, ketika diminta komentarnya, mengatakan: “Kami sebagai famili Leermakers merasa sangat bangga atas prestasi perjalanan kedua adik saya ini”, ujar pastor yang pernah bertugas di Bandung.

Perjalanan bersepeda ke Roma untuk Ellie dan Toos bukanlah perjalanan jarak jauh pertama mereka. Dua tahun lalu, mereka juga bersepeda ke kota Santiago de Compostela, Spanyol, sekitar 2500 Km dari kota mereka. Santiago adalah salah satu kota pejiarahan kristiani di Eropa yang banyak dikunjungi setiap tahunnya. Di Katedral Santiago, tersimpan relikwi Santo Yakobus.

Menikmati liburan sambil berjiarah serta olah-raga adalah gabungan yang unik namun sehat. Sekurangnya itulah yang dirasakan Ellie dan Toos. Pada usia menjelang 60 tahun, mereka tetap merasa sehat dan segar baik jasmani maupun rohani mereka.

Heri Kartono,OSC. (Dimuat di Majalah HIDUP, edisi 29 Juni 2008).

 

 

3 comments:

kicauanburung said...

itulah enaknya naek sepeda diluar, coba di Indonesia, kudu ati2 banget, ati2 ama kendaraan yang lebih besar juga ama polusi....ha3. Wah kanjeng romo,jgn lupa ya 'leh-olehnya, bawain patung obama jg ngga pa2..=)

Heri Kartono said...

Trims atas komentarnya. Kemarin sore pesawat mendarat di Minneapolis, MN. Perjalanan lancar dan menyenangkan. Di Minnesota ini beda waktu dengan Bandung, 12 jam. Kalau dengan Roma 7 jam, jadi badan masih butuh penyesuaian.

Patung Obama? Apa nggak lebih baik patungku aja? hehe..
Salam,
HK.

Lucas Nasution said...

Dua tahun lalu, mereka juga bersepeda ke kota Santiago de Compostela, Spanyol, sekitar 2500 Km dari kota mereka

Santiago de Compostela kerap disebut2 dalam novel Paulo Coelho, ini malah jadi tema utama novelnya the pilgrimage
baca:
http://en.wikipedia.org/wiki/Paulo_Coelho