Thursday, September 25, 2008

Agats-Asmat 3


50 TAHUN DALAM KEPRIHATINAN

Tahun 2008 ini Ordo Salib Suci (OSC) merayakan 50 tahun kehadiran mereka di Agats-Asmat. Saat yang seharusnya ditandai dengan syukur dan kegembiraan ini berubah menjadi keprihatinan. Pasalnya, biara induk kebanggaan mereka belum lama ini musnah terbakar 13/08/08. Hanya sedikit bangunan yang tersisa.

Biara besar tersebut dibangun secara bertahap 42 tahun yang lalu. Biara yang memiliki lebih dari 30 kamar ini dihuni oleh para imam, serta bruder OSC. Sebagian biara digunakan sebagai tempat pendidikan para postulan. Selain itu biara ini juga berfungsi sebagai tempat peristirahatan para imam dari pedalaman. “Imam-imam dari Atsj selalu menginap di biara ini”, kenang Pastor Bowo OSC.

Pastor Tom Carkhuff OSC, propinsial Ordo Salib Suci Amerika Serikat yang membawahi OSC Papua, secara khusus datang meninjau (6-13 September). Tom bersama saudara-saudara OSC di Agats selama beberapa hari berunding membicarakan kelanjutan OSC di tanah Papua. Mereka sepakat untuk membangun kembali biara di atas puing-puing biara lama. “Biara ini mempunyai nilai historis dan keberadaan kami dibutuhkan oleh masyarakat di sini”, papar Pastor Rudy Rumlus OSC memberi alasan.

Lima puluh tahun yang lalu, empat biarawan OSC tiba di Agats-Asmat (Desember 1958). Selama lebih dari dua bulan P. Frank Pitka OSC, P. Delmar Hesch OSC, Br. Joseph de Louw OSC serta Br. Clarence Neuner OSC berlayar dari pelabuhan di Los Angeles, USA menuju Indonesia. Pada awalnya biarawan Salib Suci ini membantu misionaris MSC yang telah lebih dahulu merintis karya di Asmat (1952). Dalam perkembangannya kemudian, semakin banyak anggota OSC yang datang dari USA dan bekerja di tanah berlumpur ini. Pada gilirannya, misionaris MSC menyerahkan tanah misa Asmat ke tangan OSC (1 Nopember 1961).

Pada 21 Agustus 1969, Agats diumumkan menjadi keuskupan tersendiri, lepas dari Keuskupan Agung Merauke. Vatikan menunjuk Mgr. Alphonsus Sowada OSC sebagai uskup pertama keuskupan baru ini. Ia ditahbiskan sebagai uskup pada 23 Nopember 1969. Mgr. Sowada OSC bertugas hingga tahun 2002 untuk kemudian diganti Mgr. Aloysius OFM hingga kini.

Lima puluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Puing-puing biara yang terbakar seakan menjadi saksi bisu sepak-terjang biarawan OSC di wilayah rimba raya Papua. “Biara kami habis terbakar, namun semangat serta tekad kami untuk meneruskan pengabdian di tempat ini tidak ikut terpuruk bersamanya!”, ujar P. Charles Loyak OSC meyakinkan.

Heri Kartono. (Dimuat Majalah HIDUP , 21 September 2008).

 

1 comment:

Lucas Nasution said...

“Biara kami habis terbakar, namun semangat serta tekad kami untuk meneruskan pengabdian di tempat ini tidak ikut terpuruk bersamanya!”

"bangunan" yang sejati -kiranya- adalah masyarakat sekitar yang hendak di-abdi. Semoga tekad itu sungguh terlaksana nyata