Saturday, September 12, 2009

Pertemuan Paus dengan Diplomat Islam (2006)



MEMBANGUN (KEMBALI) JEMBATAN PERSAHABATAN.

Inisiatif Paus Benediktus XVI mengundang diplomat Negara-negara Islam di Castel Gandolfo (25/9/06) dinilai positif. Pertemuan tersebut dihargai sebagai usaha konkrit Vatikan untuk merajut hubungan yang sempat terganggu. Lantas, apa komentar Dubes Indonesia untuk Tahta Suci yang hadir dalam pertemuan tersebut?

“Dalam kesempatan yang khusus ini sekali lagi saya ingin mengulangi penghargaan saya yang mendalam pada umat Islam”, ujar Paus Benediktus XVI kepada para diplomat Negara-negara Islam. Selanjutnya Paus mengutip dokumen Vatikan yang berkaitan dengan agama Islam, “Gereja memandang umat Islam dengan penghargaan. Mereka juga menyembah Allah Yang Maha Esa, yang mentaati Allah dengan sepenuh hati sebagaimana Abraham telah tunduk pada Allah” (Nostra Aetate No.3).

Sambil menempatkan dirinya pada perspektif ini, Paus mengungkapkan bahwa sejak ia diangkat menjadi Paus, ia telah berkeinginan melanjutkan membangun jembatan persahabatan dengan pemeluk agama-agama lain. Secara khusus Paus menunjukkan penghargaan tersendiri pada pertumbuhan dialog antara Islam dan Kristen.

Relasi baik antara Islam dan Kristen yang telah terjalin selama bertahun-tahun pada masa Paus Yohanes Paulus II, tidak hanya akan diteruskan tetapi juga dikembangkan lebih jauh dalam suatu semangat dialog yang tulus dan saling menghormati.

Paus memang tidak berbasa-basi. Sebagai contoh, dalam beberapa kesempatan, seperti dalam kunjungannya ke Jerman menghadiri Pertemuan Kaum Muda Sedunia (2005), Benediktus juga menyempatkan diri bertemu dengan perwakilan komunitas Islam di sana. Ketika kartun tentang Mohammad yang diterbitkan di Denmark menghebohkan dunia Islam, Paus adalah salah satu orang yang paling cepat dan tegas mengutuk kartun tsb.

Pada akhir sambutannya Paus menyampaikan doa kepada seluruh umat Muslim yang saat ini tengah menjalani ibadah puasa. “Saya berdoa dengan segenap hati semoga Tuhan akan membimbing langkah kita di jalan yang penuh saling pengertian. Di saat umat Muslim memulai perjalanan spiritualnya di bulan Ramadhan, saya mengucapkan selamat menjalankan ibadah (puasa), semoga Tuhan memberkati mereka semua dengan kehidupan yang damai dan tenteram," kata Paus.

Paus menyampaikan sambutannya ini dalam bahasa Perancis. Namun, sesudahnya dibagikan juga teks terjemahannya dalam bahasa Arab, Inggris dan Italia.

Pertemuan yang diprakarsai Paus ini dihadiri 22 Dubes negara-negara Islam untuk Tahta Suci, seperti Kuwait, Yordania, Siria, Maroko dan Tunisia. Selain para Duta Besar, hadir pula 17 wakil-wakil komunitas Muslim Italia yang ada di kota Roma. Pertemuan yang berlangsung di Castel Gandolfo, istana musim panas Paus ini, disiarkan secara langsung oleh Televisi Vatikan dan CNN. Jaringan televisi Arab Al-Jazeera juga menyiarkan acara ini.

Membuka Suasana Baru

“Banyak peserta yang ingin tahu kira-kira apa yang akan disampaikan Paus dalam pertemuan khusus ini. Ada yang menduga, Paus akan menjelaskan isi pidatonya yang menghebohkan itu”, tutur Bambang Prayitno SH, Dubes RI untuk Tahta Suci yang hadir dalam pertemuan di Castel Gandolfo tsb. “Ternyata Paus tidak menyinggung sedikitpun soal pidatonya itu. Hanya, pada awal pembicaraannya, beliau mengatakan bahwa situasi yang menjadi latar belakang pertemuan tersebut sudah diketahui bersama”, lanjut Bambang kepada HIDUP di ruang kerjanya di kawasan EUR, Roma. Masih menurut Bambang, akhirnya orang memahami bahwa seorang Paus memang bukan pada posisinya untuk mengadakan tanya-jawab bebas.

Menurut Dubes RI kelahiran Porong, Jawa Timur ini, pertemuan Paus dengan para Diplomat negara-negara Islam merupakan langkah ke empat yang dilakukan Vatikan dalam upaya membangun kembali hubungan yang sempat terganggu. “Vatikan telah melakukan langkah-langkah yang konstruktif dan ajakan Paus dalam sambutannya ini membuka suasana baru”, ujar Bambang.

Upaya Merajut Kembali Hubungan Baik.

Wartawan BBC di Roma, David Willey, mengatakan Paus menempuh upaya yang tidak biasa ini untuk meyakinkan umat Islam bahwa dia memang serius dalam meningkatkan hubungan antar agama.

Sementara itu, Albert Edward Ismail Yelda, Dubes Irak untuk Tahta Suci, seperti dikutip Reuters, memberi komentar: “Bapa Suci telah menyatakan penghargaan mendalam atas umat Islam. Inilah yang memang kita harapkan”, ujarnya. Lebih lanjut Yelda mengatakan “Kini saatnya melupakan apa yang sudah terjadi dan (mulai) membangun jembatan”, katanya lagi. Masih menurut Dubes Irak, pernyataan Paus kepada para wakil Muslim ini hendaknya dapat mengakhiri kemarahan umat Islam atas pidatonya sekitar Islam dan kekerasan.

Dalam konteks Indonesia, Bambang Prayitno SH menilai pertemuan ini positif. Rakyat Indonesia menanggapi secara proporsional pidato Paus di Jerman. Tentang reaksi Indonesia, Mgr.Pietro Parolin, wakil Menlu Vatikan, dalam kesempatan terpisah, sebagaimana disampaikan Dubes RI, memberikan apresiasi pada kalangan pemerintah dan pemimpin agama di Indonesia yang dinilai cukup moderat dan proporsional dalam menyikapi pidato Paus di Jerman.

Tentang pertemuan di Castel Gandolfo ini, lebih lanjut Bambang berkata: “Pertemuan Paus Benediktus XVI dengan para Diplomat negara-negara berpenduduk muslim ini saya nilai positif. Pertemuan ini jelas merupakan usaha untuk merajut kembali hubungan yang sempat terganggu”, ujar Bambang yang mulai bertugas sebagai Dubes RI untuk Tahta Suci sejak awal tahun 2004.

Selain wawancara dengan kami, Dubes Indonesia untuk Tahta Suci ini juga diwawancarai oleh Radio Washington, Radio Netherland, Radio Jerman, Agencia Ansa Italia, juga Elshinta Indonesia. Dalam tanya jawab langsung dengan pendengar Radio Elshinta di Indonesia, Bambang menerima banyak tanggapan positif atas pertemuan di Castel Gandolfo tersebut.

Pidato Paus Benediktus di Regensburg, Jerman, telah menimbulkan reaksi keras banyak umat Islam. Namun usahanya yang tulus untuk memperbaiki kembali hubungan baik dengan umat Islam, seperti tercermin dalam pertemuan dengan para Diplomat, mendapat penghargaan dan simpati orang. (Foto: Paus dengan Dubes RI Bambang Prayitno SH)

Heri Kartono. (Dimuat di majalah HIDUP edisi...2006).


No comments: