Saturday, September 12, 2009

Setahun Yohanes Paulus II (2006)


SETAHUN TANPA KAROL WOJTYLA.

Dalam cuaca awal musim semi yang cerah dan dihadiri sekitar 40 ribu orang, misa peringatan setahun meninggalnya Paus Yohanes Paulus II (3/4/06) berlangsung khidmat dan meriah di lapangan St.Petrus, Vatikan.

Menyentuh Hati.

“Sejak awal misa saya merasa terharu. Saya terkenang kembali saat-saat Paus Yohanes Paulus II masíh hidup dan sering tampil di muka umum!”, papar Sr. Kornelia Silalahi FCJM yang sudah 9 tahun tinggal di kota Roma. Sr.Kornelia tidak sendirian. Sepanjang misa yang dipimpin langsung Paus Benedictus XVI ini, banyak orang terharu bahkan menangis. Beberapa orang yang menangis bahkan sempat “tertangkap” kamera televisi dan muncul dalam layar lebar yang terpasang di empat penjuru lapangan St.Petrus.

Misa sendiri mulai jam 17.30 namun orang sudah antri masuk sejak tiga jam sebelumnya. Jumlah pintu masuk dengan metal detector, dua kali lebih banyak daripada biasanya. Karenanya, antrian tergolong cepat dan lancar. Pelbagai kelompok dan rombongan memasuki lapangan St.Petrus dengan tertib. Di sana-sini terlihat rombongan dari Polandia dengan membawa bendera nasional mereka: putih-merah kecil-kecil. Sebagian di antara mereka malah membawa bendera ukuran besar. Tidak sedikit juga yang datang membawa gambar Paus Yohanes Paulus II dalam pelbagai ukuran.

Paus Benediktus XVI yang mengenakan kasula warna merah, dalam kotbahnya antara lain memuji pribadi Paus Yohanes Paulus II. Menurutnya, Yohanes Paulus II adalah pribadi yang solid, kuat, penuh iman, tidak kenal rasa takut dan tanpa kompromi. Pribadinya yang kuat ini menyentuh hati banyak orang. “Terima kasih atas peziarahannya keliling dunia dan khususnya peziarahannya yang terakhir yang merupakan penderitaan dan kematiannya!”, ujar Benediktus XVI. Kotbah Paus Benediktus beberapa kali terhenti oleh tepuk tangan meriah umat yang hadir.

Malam sebelumnya Paus Benediktus XVI memimpin acara ‘tuguran’ di lapangan St.Petrus. Lebih dari sepuluh ribu umat, kebanyakan anak muda, berjaga-jaga dan berdoa dengan membawa lilin di tangan mereka.

Persiapan yang Baik dan Perhatian Mass Media.

Misa setahun meninggalnya Paus Yohanes Paulus II disiarkan secara langsung oleh RAI 1 (TV Nasional Italia) dan diliput beberapa TV manca negara. Acara ini terkesan disiapkan dengan sangat baik. Dua panggung didirikan secara khusus di samping kiri dan kanan altar. Hiasan yang memenuhi sekitar altar dikerjakan dengan sangat bagus, mendukung suasana liturgis. Untuk mengikuti upacara, dibagikan booklet pada pintu masuk. Booklet mungil dengan illustrasi lukisan-lukisan abad XV ini berisi tata perayaan lengkap dengan lagu-lagunya.

Di sekitar lapangan St.Petrus banyak polisi berjaga-jaga namun tidak terkesan ‘angker’. Beberapa mobil ambulans stand by di tempat-tempat strategis. Pemerintah kota Roma juga turut berpartisipasi antara lain dengan membagikan air mineral secara cuma-cuma kepada semua yang hadir.

Karol Wojtyla nampaknya masih tetap mempunyai daya tarik, kendati telah tiada. Sejumlah stasiun televisi seperti CNN dan RAI 1 menayangkan sajian khusus untuk mengenang setahun kepergiannya. Italia yang sedang ‘sibuk’ menyongsong Pemilu, tetap menempatkan berita setahun meninggalnya Paus Yohanes Paulus II di halaman pertama koran-koran mereka.

Makam Yohanes Paulus II yang selama ini tak pernah sepi pengunjung, dalam seminggu terakhir mendapat kunjungan berlipat-lipat. Tak kurang presiden Italia sendiri Carlo Azeglio Ciampi menyempatkan diri berkunjung dan berdoa di makam Yohanes Paulus II pada hari Minggu pagi (2/4/06). Tak ketinggalan, warga Indonesia yang tinggal di kota Roma, juga mengadakan misa khusus di kapel kecil di sebelah makam Paus Yohanes Paulus II. Misa dipimpin oleh Pater Sylwester Pajak SVD yang pernah lama bekerja di Indonesia.

Setahun Wojtyla telah pergi. Orang tetap merasa kehilangan. Perhatian besar yang ditunjukkan pelbagai kalangan menunjukkan kedekatan hati orang pada Paus yang pernah berkeliling ke lebih 140 negara ini. Nampaknya, sesudah setahun kematiannya, Paus Karol Wojtyla ini tetap lekat di hati umatnya.

Heri Kartono. (dimuat di HIDUP edisi...2006).

1 comment:

Lucas Nasution said...

Paus yang populer - diantaranya karena sering jalan-jalan :D
IMHO - gembala yang utama ya perlu sering jalan-jalan, supaya umat bisa lebih merasa dirangkul.
saya jadi terkenang masa kecil dulu - pastor paroki saya (cicadas Bandung) kerap berkunjung ke rumah-rumah umat (paroki cicadas mayoritas umat tinggal di gang-gang), sekarang saya kok melihat praktek ini tidak jalan lagi
sayang disayang - imho, umat lebih merasa di uwong ke kalau pastor kerap dolan kerumah, ke semua umat lah, ndak cuma ke umat yang punya gedong