Thursday, March 6, 2008

KBRI Vatikan.


DIPLOMASI GAMELAN

KBRI VATIKAN 

Pada tahun-tahun terakhir, Indonesia  terkenal lewat  tragedi Tsunami di Aceh dan Bom di Bali. Dalam kedua peristiwa tersebut, Indonesia dikenal dalam nuansa tertentu. KBRI untuk Tahta Suci memperkenalkan Indonesia dalam warna yang lain, yaitu lewat kesenian. Pentas keliling grup kesenian KBRI Gong Wisnu Wara ini mendapat sambutan positif di mana-mana.

Disukai Publik Italia.

Silvia, Sergio dan Stefano adalah beberapa di antara penonton yang baru pertama kalinya menyaksikan kesenian Indonesia. Ketiganya merasa senang dan terkesan. “Tarian Indonesia tidak kalah bagus dengan tarian Jepang yang pernah saya lihat. Hanya, tarian Jepang lebih meditatif. Keduanya mempunyai daya tarik masing-masing. Musik gamelan ternyata enak didengar. Cuma, apakah gamelan bisa digunakan di diskotik atau tidak ya?”, kata Stefano yang masih berstatus mahasiswa ini. Lain halnya dengan Sergio. Setelah menyaksikan pementasan kesenian Indonesia, ia mengungkapkan kesan dan keinginannya: “Saya beruntung sekali bisa menyaksikan keindahan budaya Indonesia. Saya ingin mengajak keluarga saya untuk mengunjungi Indonesia”, papar pengusaha ini.

Pentas kesenian dari KBRI untuk Tahta Suci di kota Trento (awal April 2006) mendapat sambutan hangat masyarakat setempat.

Pementasan pertama Tim Kesenian KBRI Vatikan, “Gong Wisnu Wara” adalah pada tanggal 23 Juni 2005 di kota Roma. Pada kesempatan itu ditampilkan antara lain dua gendhing instrumentalia, tarian Golek Ayun-ayun, Tari Bondan, Tari Luh Sari dan Tari Yapong. Suster-suster Santo Volto pada malam itu ikut memperkuat Tim KBRI. Suster-suster yang kebanyakan berasal dari Flores ini, tanpa canggung membawakan Tari Giring-giring dan Tari Saman. Sementara frater Mammouth membawakan tarian pertobatan gaya Jawa Tengah. Tiket seharga 50 Euro (lebih dari setengah juta rupiah!) nyaris terjual habis. Penonton umumnya merasa terkejut dan senang ketika melihat hampir separuh dari pemain gamelan adalah orang-orang Italia sendiri. Beberapa tarian bahkan dibawakan oleh orang-orang Italia juga.

Sukses pementasan pertama ini membuat semangat dan kepercayaan diri para pemain makin mantap. Sejak itu, kelompok yang diresmikan, 3 Februari 2005 ini mendapat permintaan tampil di beberapa tempat antara lain di kota Mugio, Italia Utara, Cremona, Trento selain juga di kota Roma sendiri. Kegiatan pentas acap kali dibarengi kegiatan lain seperti pengumpulan dana untuk korban Tsunami, Pameran Foto, Pameran Perangko. Dana bantuan Tsunami yang terkumpul, telah diserahkan lewat Keuskupan Agung Medan. Dana tersebut  terutama untuk membeli 20 perahu lengkap dengan motor, jala dan pendingin bagi para nelayan di Aceh Singkil.

Diplomasi Publik.

“Promosi seni dan budaya Indonesia sesungguhnya merupakan bagian dari Diplomasi publik. Dan ini merupakan salah satu pelaksanaan fungsi dan tugas KBRI”, papar Dubes KBRI untuk Tahta Suci, Bambang Prayitno SH. Sejak awal kedatangannya ke Roma (awal 2004) Dubes asal Porong Jawa Timur ini telah melihat peluang kesenian sebagai sarana diplomasi yang ampuh. Maka secara bertahap cita-citanya itu mulai diwujudkan. Satu set gamelan Jawapun dibeli. Tidak hanya itu, ia mendatangkan seorang guru tari dan gamelan, yaitu Widodo Kusnantyo, dosen ISI Yogyakarta. Untuk pelaksanaan teknis di lapangan, Hadsono Nasehatoen, yang sudah lebih 30 tahun bekerja di KBRI Vatikan dipercaya untuk tugas tersebut. Kendati pada awalnya merasa ragu, Hadsono berhasil memajukan Tim kesenian KBRI.

Keberadaan Tim Kesenian KBRI Vatikan nampaknya mulai menarik minat orang-orang Italia. Lewat Hadsono yang fasih berbahasa Italia, para peminat musik Indonesia itu mulai bergabung. Tak kurang Prof.Giovanni Giuriati, Dosen Etnomusikologi di Universitas La Sapienza, Roma bergabung menjadi anggota Gong Wisnu Wara. Dalam perkembangannya kerja-sama KBRI dengan Universitas La Sapienza dikukuhkan dengan penanda-tanganan M.O.U (Memory of Understanding). Perjanjian tersebut memungkinkan sekitar 20 mahasiswa melakukan “stage” belajar gamelan atau tarian di KBRI Vatikan selama 50 jam dan mendapat dua angka kredit.

Pada saat ini para penabuh gamelan justru kebanyakan orang Italia, yaitu sebanyak 10 orang, sedangkan orang Indonesia hanya 3 orang dan satu orang Amerika.

Ketika diminta komentarnya, Widodo Kusnantyo mengaku pada mulanya merasa ragu untuk mengajar orang-orang Italia, terutama soal bahasa. “Sekarang saya bangga dan bersyukur. Mereka memiliki interes yang amat besar. Meskipun ada perbedaan antara musik diatonik dan pentatonik namun mereka relatif cepat menguasai musik gamelan!”, ujar Widodo penuh syukur.

Pada umumnya para pemain Italia dapat menikmati dan menghayati musik gamelan. Nicoletta dan Michela yang memainkan demung dan gender mengungkapkan hal tersebut.

Cultural-Link & Peningkatan mutu.

Sebagai strategi diplomasi publik, nampaknya Gong Wisnu Wara berhasil dengan baik. Kerja sama dengan pelbagai pihak adalah salah satu hasil konkritnya. Selain Universita La Sapienza, pada tanggal 12 April ini ditanda-tangani kerja sama KBRI Vatikan dengan kelompok lain, yaitu Conservatorio Statale di Musica di Latina (Conservatori Musik Negeri Kota Latina). Berdasar kesepakatan tersebut, Tim kesenian KBRI Vatikan akan mengadakan konser pada tanggal 18 Mei yang akan datang di kota Latina. Konser tersebut merupakan bagian dari tiga hari konser yang diorganisir oleh Conservatori dengan judul “Interaksi antara tulisan dan improvisasi”. Menurut rencana, konser tersebut akan direkam langsung dalam bentuk CD.

Sampai saat ini, KBRI Vatikan lewat Gong Wisnu Wara  telah berhasil menjalin kerja-sama dengan banyak kalangan, termasuk dengan beberapa Wali Kota, Keuskupan dan sejumlah Organisasi Kesenian. “Grup Gong Wisnu Wara telah memasuki cultural link di Italia”, jelas Hadsono dengan bangga.

Agenda tahun ini tergolong padat. Tim Kesenian yang sedang naik daun ini menurut rencana akan tampil antara lain di Kota Polignano al Mare dan di Roma mengisi acara Festival Musim Panas. Menurut rencana Tim Kesenian ini akan tampil juga di Penjara Velletri, menghibur para napi.

Banyaknya permintaan membuat Gong Wisnu Wara tertantang untuk meningkatkan kualitas mereka. Sekarang ini, sedang diusahakan untuk memperbanyak gendhing serta memperbaharui komposisi dan tarian. Selain itu, sejak pertengahan Maret yang lalu telah lahir  grup gamelan kedua.

Dubes RI Untuk Tahta Suci, Bambang Prayitno nampaknya boleh berbangga. Cita-citanya untuk membentuk kelompok kesenian sebagai bagian dari diplomasi publik telah berkembang dengan baik.

Ketika orang tidak mengerti satu sama lain, ketika orang berseberangan pandangan dan politiknya, orang masih tetap bisa bersama-sama menikmati suatu kesenian. Kesenian memang bisa menggetarkan siapapun yang memiliki hati!

Heri Kartono. (Dimuat di Majalah HIDUP: 21 Mei 2006; Foto: Arsip KBRI Vatikan).

 

 

 

 

 

.

No comments: