Thursday, March 27, 2008

Via Crucis di Colloseum.



PAUS PERHATIKAN CINA

Jalan Salib di Colloseum pada Jumat Agung dihadiri puluhan ribu orang kendati hujan dan angin kencang. Paus Benediktus XVI memimpin sendiri kisah sengsara Yesus ini. Cina mendapat banyak perhatian lewat ibadat ini. Mengapa demikian?

“Tuhan, kami mendapatkan diri kami, pada hari ini, saat ini dan di tempat ini, dipersatukan. Tempat ini mengingatkan kami pada banyak hambamu, berabad-abad yang lalu, yang membiarkan diri mereka mati dirobek-robek singa buas dan lapar serta ditengah sorak-sorai para penonton. Mereka mati karena kesetiaan mereka pada nama-Mu”, demikian Paus Benediktus XVI mengawali Ibadat Jalan Salib Agung di Colloseum, Roma (21/03/08).

Paus Benediktus XVI memimpin Ibadat Jalan Salib di Colloseum namun teks ibadat dibuat oleh Kardinal Joseph Zen Ze-Kiun SDB. Dalam kata pengantarnya, Zen menulis: “Tanpa ragu sedikitpun, saya menerima permintaan Bapa Suci untuk menulis Ibadat Jalan Salib ini. Saya mengerti lewat cara ini beliau menunjukkan perhatiannya yang mendalam pada benua Asia yang besar. Bapa Suci menghendaki saya membawa suara dari saudara-saudara Kristiani yang jauh ke Colloseum ini”, tutur Uskup Agung Hong Kong ini.

Pada bagian lain, tertulis: “Tokoh Jalan Salib adalah Tuhan kita Yesus Kristus. Namun, di belakang beliau, ada banyak orang, baik di masa lalu maupun sekarang yang merasakan kesengsaraan Yesus dalam tubuh mereka. Di dalam penderitaan orang-orang ini, sekali lagi Yesus mengalami penyiksaan serta penderitaan.  Marilah kita merenungkan mereka yang dianiaya sekaligus juga mereka yang menganiaya”, tulis Kardinal yang dikenal bersuara lantang ini.

Teks ibadat Jalan Salib di Colloseum memang dibuat oleh orang berbeda dari tahun ke tahun. Tahun  lalu teks dibuat oleh Mgr. Gianfranco Ravasi dan tahun sebelumnya oleh Mgr. Angelo Comastri.

Perhatian Pada Cina.

Kepada Radio Vatikan Kardinal Joseph Zen Ze-Kiun mengungkapkan kesusahan yang dialami Gereja Katolik dibawah rezim Komunis Cina. Lewat Jalan Salib yang dibuatnya, Zen mengaku ingin mengajak orang memberi perhatian pada penderitaan umat kristiani Cina karena agama yang dianutnya. Saat ini ada sekitar 8 hingga 12 juta umat Kristiani bawah tanah yang tetap setia pada Paus. Dalam renungan yang dibuatnya, Zen tidak menulis secara eksplisit tentang umat Katolik Cina. Kardinal yang arif ini menulis secara umum tentang para martir abad ke-21 yang dialami umat Kristiani di tempat-tempat tertentu.

Teks Ibadat yang ditulis Kardinal Zen dari Cina dicetak pihak Vatikan dengan illustrasi lukisan Cina pada covernya. Hal ini sudah membawa nuansa tertentu. Seorang gadis Cina dan seorang imam muda Cina terlihat ikut bertugas sebagai pembawa salib. Kesemuanya itu mengundang perhatian orang. Kebetulan akhir-akhir ini Cina sedang menjadi perhatian dunia berkaitan adanya rencana pesta Olimpiade di Beijing (Agustus 2008) dan terutama dengan meletusnya kerusuhan di Tibet yang menewaskan sekurang-kurangnya 30 orang.

Tentang kerusuhan di Tibet, dalam audiensi umum (19/03/08) secara hati-hati dan tanpa menyalahkan salah satu pihak, Paus memberi komentar: “Kekerasan tidak memecahkan persoalan malah memperburuk. Tuhan akan mengganjar mereka yang memiliki keberanian untuk memilih langkah dialog serta toleransi”, ujar Paus.

Dikabarkan pada hari Kamis sebelum Jumat Agung (20/03/08) delegasi pemerintah Cina mengadakan pertemuan rahasia di Vatikan. Hal ini menarik karena Cina dan Vatikan tidak memiliki hubungan diplomatik sejak tahun 1951. Tentang pertemuan tersebut, juru bicara Vatikan, Federico Lombardi SY, tidak bersedia memberi komentar. Dia juga tidak membantah maupun mengiyakan adanya pertemuan rahasia tersebut.

Paus Menghemat Tenaga.

Jalan Salib di Colloseum, Roma, adalah salah satu tradisi Katolik yang sudah lama berlangsung. Pada abad-abad pertama,  banyak umat Kristiani yang ditangkapi dan dihukum mati. Tidak sedikit di antara mereka dijadikan santapan binatang buas di Colloseum, sebagaimana tercermin dalam doa pembukaan Paus Benediktus. Karenanya, Colloseum merupakan saksi bisu keteguhan iman umat Kristiani di masa lalu. Mengenang sengsara Yesus di arena para martir menumpahkan darah, sungguh merupakan perpaduan yang luar biasa. Umat di Roma tak pernah melewatkan Jalan Salib Agung ini.

Seperti para pendahulunya, tahun ini Paus Benediktus XVI juga memimpin Ibadat Jalan Salib di Colloseum. Puluhan ribu orang turut menghadiri ibadat ini kendati cuaca tidak bersahabat. Umat yang datang membawa lilin tak bisa menyalakan lilin mereka karena hujan serta angin kencang. Ibadat dimulai pada jam 21.15.

Pada tahun-tahun sebelumnya, Paus berjalan ke 14 perhentian. Tahun ini Paus Benediktus XVI semula direncanakan hanya berjalan pada 3 perhentian terakhir. Namun karena cuaca buruk, akhirnya Paus tetap berada di bawah tenda di bukit Palatine yang berseberangan dengan Colloseum. Kardinal Camillo Ruini, Vikar Keuskupan Roma, menggantikan perannya berjalan ke 14 perhentian. Juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, menjelaskan bahwa hal itu jangan ditafsirkan memburuknya kesehatan Paus. “Harap difahami, bulan depan usia beliau 81 tahun. Jadi wajar kalau beliau menghemat tenaga karena seluruh upacara Pekan Suci dipimpin langsung oleh beliau”, jelas Lombardi sebagaimana dilansir sejumlah Media Massa.

Pada akhir Ibadat, Paus berkata kepada umat yang hadir: “Terima kasih untuk tetap bersabar di bawah curahan hujan. Selamat Paskah!”

Heri Kartono OSC. (Dimuat di Majalah HIDUP, 30 Maret 2008. Foto: Wahju Agung). 

No comments: