MEMBALIK KEKECEWAAN DAN KERAGUAN ORANG
Popularitas Paus Yohanes Paulus II begitu hebat sehingga orang sempat bertanya-tanya, apakah penggantinya sanggup mengimbanginya? Ketika Kardinal Joseph Ratzinger terpilih, banyak orang merasa kecewa, termasuk sebagian Media Massa. Mereka mempertanyakan, mengapa Ratzinger “si tukang breidel” yang konservatif itu yang dipilih? Seorang rekan asal Amerika Serikat waktu itu dengan kesal berkomentar: “Kali ini Roh Kudus tidak bekerja dengan baik!!”.
Kini, sesudah setahun berjalan, semua keraguan dan kekecewaan itu tidak terdengar lagi. Sebaliknya, kekaguman serta pujian orang atas Paus yang baru ini terus mengalir. Yang menyolok, jumlah orang yang datang untuk mengikuti audiensi umum -setiap hari Rabu pagi dan Minggu siang- meningkat pesat, melebihi jumlah pengunjung audiensi di tahun-tahun terakhir masa Yohanes Paulus II.
Tonggak-tonggak Penting.
Tak pelak, semasa setahun kepemimpinan Paus Benedictus XVI tonggak terpenting ádalah dikeluarkannya Ensiklik Deus Caritas Est (Allah ádalah Kasih, kutipan dari 1 Yoh.4: 8). Ensiklik ini menunjukkan dengan jelas arah kepemimpinan Paus Benedictus XVI. Semula banyak pengamat menduga Paus Ratzinger akan mengeluarkan suatu Ensiklik yang keras dan konservatif. Nyatanya tidak. Deus Caritas Est justru menampilkan wajah gereja yang lain, wajah gereja yang simpatik dan menawan. Ensiklik ini bicara tentang cinta, bukan cinta yang abstrak melainkan cinta yang konkrit dan manusiawi. Dalam Ensiklik ini dibedakan antara eros (cinta erotik) dan ágape (cinta spiritual). Keduanya, menurut Ensiklik ini, ádalah baik. Meski demikian, eros mengandung resiko direndahkan hinggá menjadi seks saja bila tidak diimbangi unsur spiritual. Dan memang, pada jaman sekarang eros telah diracuni dan direduksi sebagai seks murni, menjadi komoditi yang diperjual-belikan. Eros yang sejati diarahkan untuk memurnikan dan mematangkan manusia. Tentang caritas atau kasih, Ensiklik menegaskan bahwa caritas/kasih itu harus bebas; tidak boleh digunakan untuk tujuan lain, termasuk sebagai alat kristenisasi. Lewat Ensiklik ini, Paus Benedictus XVI yang pernah mendapat 7 kali gelar Doctor Honoris Causa dari pelbagai universitas di dunia ini, dijuluki Paus berfikiran terang.
Sebagai uskup kota Roma, Paus mempunyai tempat tersendiri baik untuk kota Roma maupun untuk Italia. Kunjungan pastoral pertama Paus Benediktus XVI keluar kota Roma adalah ke Bari (29 Mei 2005), salah satu kota pelabuhan di Italia. Kota Bari dikenal antara lain karena menyimpan relikwi santo Nikolas dari Myra, seorang santo dari abad ke empat yang dikenal sebagai ‘Sinterklas’ yang populer itu. Kunjungan Paus Benediktus XVI berkaitan dengan penutupan kongres Nasional Ekaristi. Dalam kotbahnya Paus antara lain menyebut Bari sebagai “tempat pertemuan dan dialog” dengan gereja Orthodok. Bari memang dikenal sebagai kota yang mempunyai kaitan erat dengan gereja Orthodok.
Kunjungan Apostolik Paus Benediktus XVI pertama keluar Italia adalah ke Koln, Jerman (18-21 Agustus 2005). Tujuan utama kunjungan ini pertama-tama adalah menghadiri festival Hari Kaum Muda Sedunia yang ke 20 yang dihadiri sekitar satu juta anak muda.
Peristiwa yang dinilai bersejarah dalam kunjungannya ke Jerman ini adalah saat Paus Benediktus mengunjungi Sinagoga dan bertemu dengan komunitas Yahudi di Koln. Kunjungan ke sinagoga ini menarik sebab seorang paus asal Jerman dalam kunjungan pertamanya ke luar negeri justru berkunjung ke komunitas Yahudi! Sejarah mencatat, akibat kekejaman rezim Nazi Jerman (1938-1945), 6 juta orang Yahudi tewas dan 11.000 di antaranya berasal dari Koln. Karenanya bisa dimengerti bahwa kunjungan Paus “Ratzinger” ke Sinagoga, menarik perhatian dunia.
Dalam sambutannya, Paus menyinggung sejarah hubungan Yahudi dengan Kristiani yang komplek dan acapkali menyakitkan. Paus menekankan pentingnya dialog antara Yahudi dan Kristiani dengan tidak menutup mata akan adanya perbedaan-perbedaan. Paus juga meyakinkan bahwa Gereja Katolik tetap bersikap toleran, hormat, bersahabat dan damai terhadap semua bangsa, kultur dan agama.
Kunjungan Paus ini merupakan tanda penghargaan pada kaum Yahudi. Kunjungan ini juga dinilai banyak orang mempunyai makna penting, khususnya dalam memajukan dialog Yahudi-Kristiani yang mempunyai sejarah panjang.
Komunitas Yahudi Koln saat ini berjumlah 5000 orang, tergolong salah satu komunitas Yahudi terbesar di Jerman dan yang tertua di belahan utara Alpen.
Selain mengunjungi Sinagoga, Paus pada kesempatan itu juga bertemu dengan perwakilan berbagai agama di Jerman seperti Islam, Kristen Protestan dan Kristen Ortodox.
Peristiwa, Sikap dan Pernyataan Paus.
Baru-baru ini, masyarakat Italia sempat terkejut dan kecewa ketika terbetik berita Paus Benediktus XVI direncanakan akan bertemu Silvio Berlusconi, Perdana Menteri Italia. Beberapa tokoh politik, antara lain Romano Prodi, pemimpin oposisi, Piero Fassino, pemimpin partai Demokrat kiri, menyesalkan rencana pertemuan itu. Pertemuan tersebut dianggap sebagai kampanye terselubung Berlusconi. Italia memang sedang memasuki masa kampanye Pemilihan Umum. Sedangkan Pemilihan Umumnya sendiri akan diadakan pada tanggal 9 April 2006. Pertemuan Paus dengan Berlusconi, seandainya terjadi, dapat ditafsirkan sebagai campur tangan Paus dalam urusan politik praktis. Untunglah kabar itu tidak benar. Pertemuan itu tidak pernah terjadi sampai saat ini, bahkan Berlusconi sendiri telah membantahnya.
Dalam berbagai kesempatan, Paus mengemukakan keprihatinannya yang mendalam tentang terorisme. Pada bulan Juli 2005 beberapa saat sesudah terjadi ledakan bom di London, Paus menyatakan sikapnya bahwa terorisme bukanlah akibat perbenturan antara dunia Barat dan Islam melainkan akibat tindakan fanatik sekelompok orang. Paus mengutuk terorisme sebagai suatu “penyimpangan moral”. Paus juga mendoakan agar Tuhan menhentikan tangan-tangan berdarah para teroris. Paus menghubungkan hal tersebut dengan beberapa serangan teroris yang waktu itu belum lama terjadi, yaitu serangan di Mesir, Inggris, Turki dan Irak. Yang mengejutkan adalah Paus tidak menyinggung sedikitpun tentang serangan teroris terhadap Israel. Hal ini membuat Israel berang dan kecewa, seperti dinyatakan Menteri Luar Negerinya, sehari sesudah pernyataan Paus.
Saat ini di Polandia telah terpasang Billboard besar, ucapan selamat datang kepada Paus Benediktus XVI. Paus menurut rencana memang akan mengunjungi Polandia pada 25-28 Mei yang akan datang. Selain ke Polandia, Paus juga akan berkunjung ke
Spanyol (3-9 Juli), Jeman (September 2006) dan Turki (Nopember 2006).
Pemasangan Billboard selamat datang jauh-jauh sebelum kehadirannya, merupakan pertanda yang amat jelas bahwa umat di Polandia amat gembira dan bergairah untuk menyongsong pemimpin spiritualnya.
Pada akhirnya, apakah seorang Paus populer atau tidak, bukanlah hal yang penting. Yang lebih penting adalah, apakah Paus sungguh mencerminkan karya Roh Kudus atau melulu karya pribadinya? Melihat apa yang dilakukan Paus Benediktus XVI setahun ini, amat jelas bahwa Roh Kudus telah sungguh berkarya dengan baik!
Heri Kartono. (dimuat di majalah HIDUP, 2 April 2006).
No comments:
Post a Comment