Wednesday, May 28, 2008

Inter Milan.



SCUDETTO SETELAH NYARIS KRITIS

Lewat perjuangan amat menegangkan (18/05/08), Inter Milan berhasil mengukuhkan dirinya menjadi juara Liga Italia 2007/2008. Beberapa waktu sebelumnya klub ini bertemu Paus Benediktus XVI di lapangan St. Petrus, Vatikan.

Kompetisi Sepak Bola yang digelar setiap minggu sepanjang tahun nampaknya sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Italia. Kehebatan grup  adalah kebanggaan para suporternya juga. Liga Sepak Bola Seri A baru saja berakhir (24/05/08) dan Inter Milan keluar sebagai juara. Tiga tahun berturut-turut Inter menjadi pemenang liga paling bergengsi ini. Kemenangan tahun ini merupakan yang ke-16 bagi Inter di ajang Seri A, Italia.

Sejak awal kompetisi, Inter bermain perkasa, nyaris tak terkalahkan pada setiap pertandingan. Perbedaan poin dengan yang lain menyolok, 9 poin dengan klub di bawahnya yaitu AS Roma. Waktu itu pelatih Inter, Roberto Mancini, sempat sesumbar bahwa scudetto (kemenangan) sudah di tangan.

Pertandingan selanjutnya mulai berbalik. Inter beberapa kali menderita kekalahan. Sebaliknya rival terdekatnya, AS Roma justru makin berjaya. Perbedaan di antara keduanya menjadi hanya terpaut 1 poin saja. Kenyataan ini tentu saja membuat Inter panik. Pelatih Inter Roberto Mancini sempat berselisih faham dengan presiden Inter, Massimo Moratti. Dikabarkan Mancini mengancam mundur setelah musim kompetisi berakhir. Kesulitan lain muncul, dua pemain Inter, Julio Cruz dan Marco Materazzi terkena larangan main karena terbukti melakukan kekerasan saat bermain dengan Lazio awal Mei.

Hari Minggu yang Menegangkan.

Hari Minggu sore (18/05) adalah saat yang sangat menegangkan bagi para penggemar bola di Italia. Inter bermain di Ennio Tardini melawan Parma sementara AS Roma bertandang melawan Catania. Kendati bukan pertandingan final, namun hasil salah satu partai menentukan bagi pihak lainnya. Situasi menjadi lebih panas karena federasi melarang tifosi untuk datang melihat pertandingan, baik tifosi AS Roma maupun Inter. Hal ini untuk mengantisipasi keributan.

Di sekitar Stadion Ennio Tardini sempat terjadi kerusuhan. Tifosi Inter yang dilarang federasi untuk menonton, tetap nekad datang dengan bus-bus dan mencoba masuk stadion. Lewat tayangan TV Italia, kita dapat melihat kerusuhan dan saling lempar batu. Dikabarkan dua orang polisi terluka, masuk Rumah Sakit.

Pada dua pertandingan yang terpisah itu, AS Roma sempat menang 1-0 sementara Inter sampai babak pertama berakhir masih imbang 0-0. Dewi fortuna nampaknya masih berpihak pada Inter Milan. Beberapa menit sesudah babak kedua dimulai, Mancini memasukan Zlatan Ibrahimovic (menit ke-51). Striker asal Swedia ini lama duduk di bangku cadangan karena cedera. Begitu masuk, Ibrahimovic langsung menggebrak dan memasukan gol ke gawang Parma pada menit ke 62. Tidak lama kemudian, yaitu pada menit 79 kembali Ibrahimovic mengukir gol kedua. Sementara itu, AS Roma yang sedang berjuang melawan Catania justru kebobolan 1 gol, sehingga hasil akhir seri: 1-1. Tak pelak Zlatan Ibrahimovic benar-benar menjadi pahlawan bagi kemenangan Inter. Dengan kemenangan ini Inter menambah poin menjadi 85, tak terkejar klub manapun, termasuk AS Roma yang memperoleh 82 poin.

Di kota Milan kemenangan Inter segera disambut meriah. Seluruh tifosi Inter tumpah ke jalan-jalan kota Milan sambil membunyikan klakson, terompet dan berteriak-teriak gembira. Mereka berkumpul di lapangan depan Katedral Milan merayakan scudetto yang luar biasa ini. Tentang kemenangannya ini, kapten kesebelasan Inter, Javier Zanetti mengatakan: “Inter memperjuangkan gelar ini dengan segala kemampuan yang dimiliki. Akhirnya kami membuktikan diri sebagai tim terbaik”.

Audiensi dengan Paus Benediktus XVI.

Ada hal yang menarik pada klub Inter sebelum meraih scudetto. Pada hari Rabu (07/05) dipimpin Massimo Moratti, presiden Inter, seluruh anggota Inter Milan menghadap Paus Benediktus XVI dalam acara audiensi umum di lapangan Santo Petrus, Vatikan. Mereka menempati sektor VIP sebelah kanan podium Paus. Dalam sambutan singkatnya, Paus berharap agar anggota Inter bermain secara sportif, karena itulah yang merupakan esensi olah raga. 

Pada akhir audiensi, Paus mendatangi serta menyalami semua anggota Inter. Kapten kesebelasan Inter, Javier Zanetti pada kesempatan itu memberi kaos seragam Inter bertuliskan Benedetto (=Benediktus) dengan nomor XVI pada Paus. Paus juga menerima almanak peringatan 100 tahun Inter serta beberapa cindera-mata lainnya. Massimo Moratti pemilik sekaligus presiden Inter Milan seusai audiensi berkomentar: “Suatu pertemuan yang mengharukan, lebih dari yang kami duga sebelumnya. Bagi kami, pertemuan ini merupakan suatu kehormatan besar!”, ujar Moratti sebagaimana dikutip Reuters (07/05/08).

Merayakan 100 Tahun.

Inter yang bernama resmi Football Club Internazionale Milano didirikan pada tahun 1908 di kota Milan, Italia Utara. Klub ini sejak awal bercirikan internasional, terbuka pada pemain bukan Italia. Inter kerap disebut dengan julukan I Nerazzurri (Si Hitam-biru) karena memakai seragam bergaris warna hitam dan biru. Selama 100 tahun berdiri, Inter berhasil menyabet 25 Trophy kemenangan nasional. Dari jumlah tersebut, 16 di antaranya dari ajang Liga Seri A. Di forum internasional, Inter pernah merebut 2 kali piala UEFA Champions dan 3 kali UEFA Cup.

Sebagai klub sepak bola ternama, Inter memiliki suporter atau tifosi fanatik. Para tifosi Inter mempunyai wadah antara lain Viking,  Irriducibili, Ultras dan Brianza Alcoolica. Rival terbesar tifosi Inter adalah Derby della Madonnina, tifosi fanatik AC Milan. (Nama Derby mengacu pada Bunda Maria yang patungnya berada di atas katedral Milan). Rival lain adalah dari Juventus. 

Dalam soal finansial, Inter Milan dikenal sebagai klub yang memiliki kantong tebal. Inter tercatat dua kali memecahkan rekor transfer pemain, yaitu saat membeli Ronaldo dari FC Barcelona sebesar 19.5 juta Euro (1997) dan Christian Vieri dari Lazio sebesar 31 juta Euro (1999). Sayang, kendati memiliki banyak bintang, prestasi Inter saat itu mengecewakan. Kini, pada saat mengencangkan ikat pinggang dalam hal transfer, Inter justru berjaya merebut 3 kali juara liga Italia.

Massimo Moratti pemilik sekaligus presiden Inter, kini boleh tersenyum lapang. Pada peringatan 100 tahun, klubnya berada pada posisi paling terhormat. Namun demikian ia tahu, sebagaimana kehidupan, permainan bola tak bisa diduga sepenuhnya. Kendati memiliki pemain serta strategi terbaik, kadang-kadang kenyataan di lapangan berbicara lain.

Heri Kartono OSC.

 

No comments: