Monday, May 26, 2008

Pantheon.



SAKSI BISU PENCARIAN MANUSIA

Pecinta bangunan antik pasti akan jatuh hati pada Pantheon. Pantheon adalah bangunan besar berbentuk bulat dengan tiang-tiang serambi raksasa rangkap tiga, gaya Yunani. Bagian atas tengah terdapat lingkaran berdiameter 8,5 meter terbuka lebar-lebar. Sinar cahaya masuk dari lubang ini, demikian juga air hujan (di lantai bagian dalam terdapat beberapa titik lubang yang mengalirkan genangan air hujan dengan cepat!). Pantheon merupakan salah satu karya arsitek terbaik yang masih terpelihara. Pengaruh bangunan Pantheon sangat terasa baik di Eropa maupun di Amerika Serikat.

Nama Pantheon berasal dari bahasa Yunani Pantheion yang berarti Kuil Segala Dewa. Gedung Pantheon yang asli dibangun antara tahun 27-25 sebelum Masehi pada jaman kekaisaran Romawi. Pada tiang serambi tertulis dengan jelas nama: M. AGRIPPA.L.F.COS.TERTIUM.FECIT, yang berarti: Markus Agrippa, anak Lucius, yang telah tiga kali menjadi konsul, membangun gedung ini.

Sesungguhnya Pantheon asli yang dibangun Agrippa ludes terbakar pada tahun 80. Pantehon dibangun kembali pada tahun 125 dalam pemerintahan kaisar Hadrian sebagaimana tertera dalam salah satu sudut tembok. Hadrian adalah kaisar yang banyak bepergian dan pengagum budaya Yunani. Pantheon nampaknya dimaksudkan sebagai tempat pemujaan ekumenis atau lebih tepat sinkretis. Pada saat itu orang-orang tidak lagi menyembah dewa-dewa kuno Romawi saja. Mereka sudah berpaling juga pada dewa-dewa dari wilayah lain.

Ketika kekaisaran Romawi telah menganut agama kristiani, Pantheon diserahkan kepada  Paus Bonifasius IV pada tahun 609. Paus menjadikannya sebagai gereja dengan nama Gereja Santa Maria dan Para Martir. Pengalihan fungsi Pantheon menjadi gereja menyelamatkan gedung ini dari perusakan brutal yang banyak terjadi pada awal abad pertengahan.

Sejak jaman Renaissance, Pantheon digunakan juga sebagai makam. Pelukis kenamaan Italia, Raphael dimakamkan di tempat ini. Selain itu, raja Italia ternama Vittorio Emanuelle II serta Umberto I juga dimakamkan di tempat ini.

Kini Pantheon masih berfungsi sebagai gereja. Perayaan Misa masih diadakan secara teratur di tempat ini, khususnya dalam rangka perkawinan.

Pantheon adalah saksi bisu pencarian manusia akan Yang Illahi. Pencarian itu, sebagaimana juga hidup manusia sendiri, merupakan usaha yang tak pernah ada habisnya….

Heri Kartono (Dimuat di Majalah KOMUNIKASI, edisi….).

5 comments:

Rosiany T.Chandra said...

Terima kasih "Pantheon"nya.Duh...kalau aja aku boleh janji sehidup semati disitu(tapi sekarang ga mau lagi,cukup sudah sekali saja....he he..)pasti mengesankan,menorehkan janji dlm bangunan pra Masehi,supaya awet seperti bangunannya.

Heri Kartono said...

Tempat mengucapkan janji memang penting, tapi yang lebih penting tentu saja yang mengucapkan dan menjalaninya hehehe...
Terima kasih kembali.

kicauanburung said...

tapi kanjeng romo, yg paling penting untuk siapa janji itu diucapkan, lha kalo janjian ama "Pantheon" mah susah atuh...kapan bisa ngobrolnya...he3

Heri Kartono said...

Hehehe....kayaknya hanya burung berkicau yang mau janjian sama Pantheon.
Apa kabar nih Korea? Di Roma orang sudah mulai buka-bukaan (karena "sumuk").
Ciao.

Rosiany T.Chandra said...

Banyak pemandangan indah dong,yg hilir mudik naik vespa.he he...