Wednesday, May 14, 2008

Padre Pio 1.



MENYAKSIKAN JENASAH PADRE PIO

Jenasah Padre Pio digali kembali setelah 40 tahun dimakamkan. Ratusan ribu orang datang untuk berziarah dan melihat jenasahnya yang dibaringkan dalam peti kaca. HIDUP melaporkan langsung dari kota San Giovanni Rotondo, Italia.

Orang Italia ternyata lebih banyak berdoa kepada Padre Pio daripada kepada orang suci manapun, termasuk pada Yesus dan Bunda Maria. Kenyataan ini terungkap dalam jajak pendapat yang diadakan oleh Famiglia Cristiana, majalah Katolik terbesar di Italia. Bagi orang yang tinggal di Italia, hal ini tidak terlalu mengherankan. Tengok saja hampir di setiap penjuru kota, kita dapat menemukan gambar Padre Pio dengan mudah. Sopir-sopir taksipun banyak yang menempelkan gambar Padre Pio di dashboard mobil mereka. Setiap tahun, makam Padre Pio dikunjungi tak kurang dari tujuh juta peziarah.

Popularitas Padre Pio tidak hanya di Italia tapi juga ke mancanegara. Sekarang ini terdapat 3000 kelompok Doa Padre Pio dengan anggota sekitar 3 juta orang, tersebar di seluruh dunia, khususnya Australia dan Irlandia.

Pengangkatan Jenasah

Atas persetujuan Vatikan,  jenasah Padre Pio dikeluarkan dari makam sesudah 40 tahun meninggal dunia. Upacara pengangkatan serta pembukaan peti jenasah dilakukan Minggu malam (02/03) dipimpin oleh Mgr. Domenico Umberto D’Ambrosio serta sejumlah umat. Rangkaian acara berlangsung selama tiga jam. Saat peti jenasah diangkat, secara spontan umat bertepuk tangan meriah, suatu tanda penghormatan khas Italia. Lewat tayangan Video, kita dapat melihat bahwa peti jenasah telah lapuk dan salib telah berkarat. Dua lapis penutup peti dibuka namun kaca yang merupakan bagian akhir dari penutup peti tidak dibuka. Kaca agak buram dan jenasah hanya terlihat samar-samar.

Kepada Radio Vatikan, Mgr. Domenico menjelaskan bahwa secara umum kondisi jenasah dalam keadaan baik: janggut, kuku, lutut dan tangan masih terlihat jelas.  Meski demikian, jenasah tidak sepenuhnya utuh seperti sedia kala. Lebih lanjut Mgr. Domenico menuturkan bahwa penggalian jenasah orang suci merupakan salah satu tradisi lama dalam gereja Katolik. “Tujuannya adalah untuk menjamin pemeliharaan jenasah orang kudus dengan menggunakan cara-cara yang wajar. Dengan demikian, generasi mendatang juga mendapat kesempatan untuk menghormati serta merawat relikwinya”, papar Mgr. Domenico, Uskup Agung Manfredonia yang membawahi wilayah tempat Padre Pio disemayamkan.

Pengangkatan Jenasah Padre Pio dari makam disambut hangat banyak orang. Kendati demikian, tidak semua pihak setuju. Dikabarkan sebagian pengikut Padre Pio bahkan sejumlah kerabat dekat Padre Pio sempat menyatakan keberatan mereka atas pengangkatan jenasah tersebut. Meskipun demikian, pengangkatan jenasah tetap dilaksanakan. Mengingat jenasah tidak sepenuhnya utuh lagi, sebuah tim yang terdiri atas ahli medis serta ahli biokimia diminta untuk membantu mengawetkan serta memperbaiki jenasah Padre Pio. 

Menurut kantor berita Italia, Ansa (23/04/08) wajah Padre Pio dipoles serta diperbaiki menjadi utuh kembali. Sebuah tim dari Museum Madame Tussauds, London yang tersohor ahli membuat patung lilin, mengerjakan tugas tersebut. “Dia nampak seperti sedang tidur. Memang lebih baik wajahnya dipoles seperti itu daripada tampil seperti batu marmer yang dingin”, ujar Domenico Masone, Camat Pietralcina, tempat lahir Padre Pio.

Diperlihatkan Untuk Umum.

Jenasah Padre Pio untuk pertama kalinya diperlihatkan untuk umum pada 24 April yang lalu. Waktu itu, sekitar lima belas ribu orang datang menyaksikan. Jenasah yang dibaringkan dalam peti kaca tembus pandang tsb, disemayamkan di Gereja Santa Maria delle Grazie di kota San Giovanni Rotondo.  Kardinal Jose Saraiva Martins dari Vatikan, memimpin Misa pembukaan acara tersebut.

Dalam kotbahnya, Kardinal Saraiva mengatakan: “Apa yang kita lihat adalah raga yang sudah mati, tak bernafas lagi. Namun, Padre Pio bukan sekedar jenasah, dia hidup dalam persatuan dengan Jesus yang bangkit”, ujar Kardinal. Lebih lanjut Kardinal berkata: “Marilah kita kenang segala kebaikan yang telah dilakukannya di tengah-tengah kita”. Di antara yang hadir, adalah Consilia De Martino, seorang wanita, 45, yang disembuhkan dari penyakit berat berkat perantaraan Padre Pio. Kasusnya diangkat menjadi salah satu bukti mujijat Padre Pio, pada saat proses kanonisasi.

Dalam kesempatan terpisah, Provinsial Kapusin, Pastor Aldo Broccato OFM.Cap, mengajak umat untuk tidak hanya terpaku pada sosok Padre Pio. “Saudara-saudaraku, kendati kita amat mengasihinya, namun lewat sosok itu kita harus mengarahkan mata kita ke surga, menatap sinar kehidupan dari Allah, dimana Kristus menunjukkan baik kematian maupun kebangkitannya”, ujarnya. 

Rencana semula, jenasah akan dipamerkan untuk beberapa bulan. Namun mengingat begitu banyaknya peminat yang mendaftar untuk datang dan melihat (pada tanggal 25/04 saja sudah 800 ribu orang mendaftarkan diri untuk datang) maka jenasah akan dipamerkan lebih lama, sampai September 2009. 

HIDUP datang menyaksikan jenasah Padre Pio (08/05) bersama Dr. Irene Inawati Suryahudaya, spesialis kulit dan Dr. Budi Kartono, spesialis bedah syaraf. Di samping dua dokter dari Bandung ini, turut juga Pastor Sylwester Pajak, SVD.

Dr. Irene mengaku mengenal Padre Pio sejak kecil. “Mamih mengajarkan pada kami, anak-anaknya, untuk sering berdoa pada Padre Pio. Mamih kerap meletakkan gambar Padre Pio pada bantal, bila saya sakit!”, kenang Irene yang selalu membawa relikwi Padre Pio dalam dompetnya.

Melakukan Lebih Banyak Sesudah Meninggal.

Semasa hidupnya, Padre Pio melakukan banyak hal yang menakjubkan. Tak terhitung jumlah orang yang merasa disembuhkan atau tertolong berkat Padre Pio. Salah satu karya nyata Padre Pio adalah pendirian Rumah Sakit Casa Sollievo della Sofferenza (Rumah Untuk Meringankan Penderitaan), tak jauh dari tempat tinggalnya. Rumah Sakit terbesar di Italia Selatan ini terwujud antara lain berkat jasa Barbara Ward, seorang wartawan Inggris. Barbara berhasil menggalang banyak dana, termasuk dana sebesar 325.000 US $ dari UNRRA, sebuah lembaga di Amerika Serikat untuk membangun projek tersebut. Rumah Sakit yang amat memperhatikan orang-orang miskin dan menderita ini tetap berjalan baik hingga kini.

Padre Pio meninggal dunia pada 23 September 1968 dalam usia 81 tahun. Upacara pemakamannya (26/09/68) dihadiri tak kurang dari 100 ribu umat. Sebelum meninggal, Padre Pio beberapa kali berkata: “Sesudah kematianku, aku akan berbuat lebih banyak lagi!”. Kini, 40 tahun sesudah kematiannya, orang mulai teringat akan kata-katanya itu. Jumlah peziarah yang datang ke tempat Padre Pio terus bertambah dari tahun ke tahun. Demikian juga jumlah orang yang mengaku disembuhkan atau tertolong berkat Padre Pio.

“Padre Pio banyak berjasa dalam perjalan hidup saya”, ujar Dr. Irene Suryahudaya seusai menyaksikan jenasah Padre Pio. Kata-kata Irene ini sepertinya mewakili ratusan ribu orang yang datang ke tempat Padre Pio, orang suci yang mereka hormati.

Heri Kartono OSC. (Dimuat di Majalah HIDUP, edisi 25/05/08).

 

 

2 comments:

Rosiany T.Chandra said...

Selamat ya menjadi cover news nya HIDUP.Aku akan simpan majalahnya utk anda.

Heri Kartono said...

Makasih ya. Tadinya aku memang mau minta, jadi klop. Ciao.