BERSATUNYA GERAKAN AWAM KATOLIK
Sekitar 450 ribu orang memadati lapangan St.Petrus dan Via della Concilazione, Roma, Sabtu sore menjelang Pantekosta (3/6/06). Mereka adalah para pengikut lebih dari 100 gerakan awam Katolik dan Komunitas Baru dari seluruh dunia. Bersama Paus Benediktus XVI, mereka berdoa dan memuji Tuhan secara meriah dengan cara mereka masing-masing.
Indahnya Menjadi Umat Kristiani.
Surat kabar Vatikan L’Osservatore Romano edisi Senin, 5 Juni 2006, menurunkan laporan sepanjang 5 halaman penuh atas peristiwa tersebut! Nampaknya Vatikan memandang pertemuan Paus dengan para pemuka dan pengikut pelbagai Gerakan awam gerejani ini amat penting dan menarik. Pertemuan tersebut memang menarik. Pastor Alex Jebadu, SVD yang menyaksikan acara tersebut lewat siaran langsung di televisi juga merasa terpesona. Ia memilih untuk bolos dari acara Doa Malam di komunitasnya daripada meninggalkan tayangan menarik ini. “Sungguh luar biasa bagus”, ujar mahasiswa Universitas Gregoriana ini.
Hal yang sama diceriterakan juga oleh pastor Sulis Pr di milis Irrika.
Pertemuan antara Paus Benediktus XVI dengan Gerakan-gerakan Awam dan Komunitas-komunitas Baru ini bertema: “Indahnya Menjadi Seorang Kristiani dan Kegembiraan Dalam Mewartakan-nya”. Tema ini berasal dari kotbah Benediktus XVI saat misa pelantikannya sebagai Paus (24 April 2005). Pada saat itu Paus antara lain berkata: “Tak ada yang lebih indah daripada pertemuan dengan Kristus. Tak ada yang lebih indah daripada mengenal Dia dan mewartakan kepada orang lain tentang persahabatan kita dengan-Nya”.
Beberapa saat sebelum Paus tiba, pelbagai kelompok menyampaikan doa serta kesaksian mereka. Mereka juga secara bergantian memainkan musik dan lagu-lagu khas kelompoknya masing-masing. Focolare yang terkenal dengan lagu-lagunya yang hidup dan meriah, tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menyanyikan lagu-lagu favorit mereka. Tak ketinggalan, kelompok St.Egidio dengan lagu-lagunya yang tenang serta kelompok Kharismatik dengan lagu-lagu mereka yang ramai bersemangat juga turut ambil bagian dalam pertemuan akbar ini.
Kebanyakan yang datang mengenakan syal warna-warni di leher mereka. Tidak sedikit di antara mereka yang datang membawa poster, bendera, umbul-umbul serta segala macam atribut kelompok. Hal ini tentu saja semakin menambah semaraknya suasana.
Tepat pukul 17.30 Paus memasuki lapangan St.Petrus, dengan kendaraan Jeep yang terbuka. Kehadiran Paus disambut dengan sorak-sorai, tepuk tangan dan teriakan-teriakan histeris. Paus berkeliling dengan kendaraannya memberi salam semua yang hadir.
Suasana berubah menjadi hening dan tenang pada saat Paus mulai memimpin Ibadat Sore menyongsong hari Raya Pantekosta. Pelbagai kelompok yang berbeda-beda itu kini seolah-olah disatukan lewat Ibadat yang dipimpin langsung oleh Paus mereka yang sama.
Angin Segar dari Gerakan Awam.
Pada awal kotbah yang disampaikan pada pertemuan tersebut, Paus berkata: “Sore ini kalian datang kemari dalam jumlah yang sungguh besar. Dengan tulus, saya ucapkan banyak terima kasih. Kalian yang terdiri atas beragam bangsa dan budaya, datang kemari mewakili pelbagai Gerakan Gerejani dan Komunitas Baru”, ujar Paus yang berusia 79 tahun ini. Dalam bagian lain, Paus berkata: “Roh Kudus menghendaki persatuan, menghendaki totalitas!” , kata Paus yang disambut dengan tepuk tangan panjang. Dalam kesempatan tersebut, Paus juga menyatakan kegembiraannya atas munculnya gejala gerakan misionaris awam yang dipelopori kelompok-kelompok ini.
Beberapa pemimpin gerakan awam turut juga memberikan renungan sekaligus sambutan singkatnya dalam pertemuan sore itu. Mereka adalah Prof.Andrea Riccardi, pendiri sekaligus pemimpin Komunitas San Egidio; Kiko Arguello, pemimpin Gerakan Neocatecumenale dan Julian Carron, pemimpin Persaudaraan Comunione e Liberazione. Chiara Lubich, pendiri Gerakan Focolare yang berhalangan hadir tetap mengirimkan sambutannya yang dibacakan oleh Graziella Di Luca. Dalam sambutannya, Chiara Lubich antara lain menulis: “Kepada Bapak Suci, kami ingin meyakinkan bahwa kerja sama antara pelbagai Gerakan Awam dan Komunitas Baru akan terus berlanjut. Dengan demikian dalam kesatuan dan ketaatan penuh kepada Bapa Suci dan kepada para Bapak Gereja, dapat kiranya diwujudkan kehendak Tuhan Yesus, pertama-tama yaitu persatuan”, tulisnya. Apa yang ditulis Chiara Lubich merupakan cerminan serta cita-cita bersama semua yang hadir sore itu.
Pertemuan akbar ini sebenarnya merupakan kelanjutan sekaligus puncak dari kongres yang diadakan sebelumnya. Sebanyak 300 perwakilan dari berbagai Gerakan Awam mengadakan kongres di Rocca di Papa, sebuah kota kecil di pegunungan luar kota Roma (31/05-02/06). Pertemuan ini diselenggarakan oleh Dewan Kepausan untuk Kaum Awam. Kongres ini merupakan yang kedua kalinya.
Kongres yang sama diadakan pertama kali pada tahun 1998 pada masa Paus Yohanes Paulus II. Waktu itu Kardinal Ratzinger tampil sebagai salah satu pembicara utama.
Kini dalam kedudukannya sebagai Paus, Benediktus XVI juga memberikan perhatian besar pada kongres tersebut. Bahkan, menurut Mgr.Stanislaw Rylko, ketua Dewan Kepausan untuk Kaum Awam, sebenarnya gagasan awal diadakannya pertemuan besar ini berasal dari Paus Benediktus sendiri.
Paus Benediktus XVI mengirimkan sambutan yang dibacakan pada awal kongres. Ia sendiri tak bisa hadir dalam kongres tersebut.
Menurut Benediktus, pada dasarnya segala gerakan gerejani berawal dari ketertarikan para pendiri pada keindahan hidup Kristus dan keinginan untuk mengikuti jejak hidupNya. Pada masa sekarang, ketertarikan yang sama masih terus berlangsung. Masih menurutnya, “Pelbagai Gerakan Gerejani dan Komunitas Baru adalah tanda yang terang dari keindahan Kristus dan Gerejanya pada masa sekarang ini”.
Dalam Kongres yang bertempat di Rocca di Papa ini hadir empat Kardinal dan dua Uskup Agung sebagai pembicara. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya pertemuan tersebut. Selain dari kalangan pejabat Gereja, beberapa pemimpin Gerakan Awam turut juga tampil sebagai pembicara, di antaranya: Patti Mansfield dari Gerakan Pembaharuan Kharismatik Katolik dan Jean Vanier dari Komunitas L’Arche.
Antusias peserta yang ditunjukkan baik dalam kongres maupun lebih-lebih dalam pertemuan di lapangan Santo Petrus, merupakan angin segar gerakan awam Katolik. Kerinduan mereka atas perlunya persatuan di antara beragam gerakan serta Komunitas yang ada di lingkungan Gereja Katolik, dinilai banyak pihak sebagai sesuatu yang amat positif. Nampaknya Hari Raya Pantekosta menjadi saksi indahnya macam-macam karunia yang dimiliki pelbagai gerakan awam dalam wadah yang satu dan sama: Gereja Katolik!
Heri Kartono.
No comments:
Post a Comment