Wednesday, April 2, 2008

Proses Beatifikasi YP II.


 

MENANTI LAHIRNYA SEORANG SANTO SUBITO 

Ada hal yang membuat orang tercengang saat menyaksikan pemakaman Paus Yohanes Paulus II. Saat itu orang-orang berteriak: Santo Subito! Tidak hanya itu, banyak di antara mereka yang membawa poster-poster besar dengan tulisan yang sama: Santo Subito! (bahasa Italia artinya: Santo Segera!). Orang-orang menghendaki agar Yohanes Paulus II segera dijadikan Santo. Keinginan mereka beralasan. Kehidupan paus yang bernama asli Karol Wojtyla ini tidak hanya mengagumkan namun juga mencerminkan kesalehan seorang kudus.

Paus Benediktus XVI nampaknya tanggap atas keinginan banyak orang ini. Pada tanggal 13 Mei 2005, saat pertemuan dengan para imam di Basilika St.Yohanes Lateran, Roma, Paus mengumumkan berita akan dimulainya proses beatifikasi Yohanes Paulus II. Waktu itu, sebelum Paus Benediktus XVI selesai membacakan surat pemberitahuan dalam bahasa Latin, hadirin sudah langsung menyambutnya dengan tepuk tangan meriah. Tidak hanya itu, secara serempak semua yang hadir berdiri sambil terus bertepuk tangan (standing ovation), mengungkapkan kegembiraan mereka. Sesudahnya dengan berseloroh Paus berkata: “Rupanya kalian mengerti bahasa Latin dengan baik!”, katanya sebelum mengakhiri pembacaan surat.

Sebenarnya Paus Benediktus XVI telah memutuskan soal beatifikasi ini pada tanggal 28 April, yaitu saat pertemuan dengan Kardinal Jose Saraiva Martins, perfek konggregasi yang menangani masalah beatifikasi. Paus menunda pengumuman tersebut sampai tanggal 13 Mei. Alasan Benediktus,  pertama, tanggal 13 Mei adalah pesta Bunda Maria dari Fatima. Sebagaimana diketahui, Yohanes Paulus II adalah paus yang mempunyai devosi kuat pada Bunda Maria dari Fatima. Alasan kedua, tanggal yang sama adalah peringatan percobaan pembunuhan yang dilakukan Ali Agca terhadap Paus Yohanes Paulus II, yaitu tanggal 13 Mei 1981.

Prosedur Beatifikasi dan Mujijat di Seputar YP II.

Pada bulan Juni 2005, proses beatifikasi dibuka secara  resmi. Peraturan Gereja sebenarnya menetapkan bahwa proses beatifikasi baru boleh dilakukan sesudah  lima tahun meninggalnya sang calon beato. Hal ini antara lain untuk menghindari  alasan emosional yang berlebihan selain juga supaya berkas-berkas dapat disiapkan dengan baik. Namun, Paus memang mempunyai hak untuk memberi kekecualian atas syarat tersebut. Paus Yohanes Paulus II sendiri pernah melakukan hal yang sama saat mengijinkan proses beatifikasi Bunda Theresa dari Kalkuta, yaitu hanya dua tahun sesudah kematiannya. Proses beatifikasi sendiri umumnya berlangsung cukup lama. Dalam kasus Bunda Theresa, sejak proses dimulai hingga saat beatifikasi dibutuhkan waktu 4 tahun atau 6 tahun sesudah kematiannya. 

Proses beatifikasi dimulai di keuskupan di mana ybs meninggal dunia. Dalam kasus Yohanes Paulus II, dimulai di Roma. Selanjutnya akan dilakukan proses pengumpulan data kehidupan serta karya-karyanya secara menyeluruh. Kegiatan pengumpulan data dan kesaksian juga dilakukan di Polandia, sejak November yang lalu. Data-data tsb akan diteliti oleh suatu ‘komisi’ yang terdiri atas sejumlah teolog, kardinal dan uskup. Bila berdasar data-data tersebut terbukti bahwa sang calon memenuhi persyaratan, maka ybs akan diberi gelar “Venerable” (=yang patut dimuliakan). Syarat terakhir menuju beatifikasi adalah adanya mujijat. Maksudnya, mujijat yang terjadi atas perantaraan/ atau berkaitan dengan sang calon orang kudus tsb. Sesudah seseorang ditetapkan sebagai seorang beato, maka proses selanjutnya adalah kanonisasi (ditetapkan sebagai Santo atau orang Kudus). 

Yang menarik tentang mujijat, sejak Paus Yohanes Paulus II masih hidup, telah terjadi banyak mujijat. Tentang hal ini, banyak diberitakan oleh koran-koran Italia.  Ketika Yohanes Paulus II meninggal, banyak orang meletakkan karangan bunga di lapangan Santo Petrus disertai sebuah surat atau kartu tanda terima kasih atas mujijat yang pernah mereka alami. Namun, menurut peraturan gereja, mujijat yang diperlukan adalah yang terjadi sesudah ybs meninggal dunia. Tentang hal inipun nampaknya bukan masalah. Beberapa mujijat dilaporkan telah terjadi. Meski demikian, mujijat tersebut harus diselidiki dahulu kebenarannya. Majalah Totus Tuus memberi peluang berbagai kesaksian atas mujijat yang terjadi berkaitan dengan Yohanes Paulus II. Sekarang saja, (edisi perkenalannya telah terbit No 0/2006 dalam bahasa Italia) sudah banyak orang dari USA, New Zealand, Canada, Mexico bahkan Afrika yang mengirimkan kesaksian atas mujijat yang mereka alami atas perantaraan Paus Yohanes Paulus II.

Makam YP II Menjadi Tempat Ziarah.

Makam Paus Yohanes Paulus II yang terletak di bawah Basilika Santo Petrus banyak dikunjungi orang sampai sekarang. Tiada hari tanpa peziarah. Dua orang petugas sengaja ditempatkan untuk berjaga di sisi kiri dan kanan makam. Banyaknya peziarah yang datang untuk berdoa, baik secara berkelompok maupun perorangan memang memerlukan pengaturan. Tidak sedikit di antara mereka yang meletakkan rosario, salib, kalung, cincin atau apa saja yang mereka bawa di atas makam untuk beberapa saat. Mereka percaya hal itu akan membawa berkat khusus.

Yang mengherankan, banyak di antara peziarah adalah kaum muda. Memang semasa masih hidup, Yohanes Paulus II dikenal dekat dengan kaum muda. Dialah yang memulai diadakannya festival Hari Kaum Muda Sedunia, 1984. Pernah dalam suatu pertemuan, anak-anak muda bernyanyi berkali-kali: JP Two, We Love You. Ketika itu dengan berkelakar Paus menjawab: “No. JP Two, He Loves You!”  Tentu saja komentar jenakanya ini disambut tawa meriah yang hadir.

Kini, Paus yang dicintai banyak orang ini tinggal menunggu waktu saja untuk dikukuhkan sebagai orang suci. 

Pada awalnya, devosi terhadap orang suci, khususnya terhadap martir, terjadi secara spontan di kalangan rakyat sekitar abad ke empat. Mereka percaya bahwa doa-doa yang dipanjatkan lewat perantaraan seorang suci, akan dikabulkan. Devosi rakyat terhadap orang kudus tersebut kemudian mendapat pengakuan resmi dalam Gereja melalui beatifikasi atau kanonisasi.

Proses beatifikasi Paus Yohanes Paulus II atau siapapun ádalah penting. Namun, yang lebih penting ádalah bagaimana sejarah hidup orang tersebut dapat mengilhami hidup kita sedemikian rupa sehingga hidup kitapun menjadi kudus seperti dia.

Heri Kartono (Dimuat di majalah HIDUP, 9 April 2006).

2 comments:

Rosiany T.Chandra said...

Proses menjadi orang kudus sangat jelas dipaparkan.Terima kasih Romo

Heri Kartono said...

Baru saja diperingati 3 tahun meninggalnya YP II (tanggal 2 April). Terbetik berita, proses beatifikasi hampir selesai. Kita tunggu saja kabar resminya. Saya mau nulis lagi tapi sibuk rapat.
Trims ya atas supportnya!
HK.